Hijau Biru BUMIKU, Merah Putih INDONESIAKU
Bumi dan Indonesia. Adalah 2 tempat yang tidak bisa bahkan tidak akan pernah untuk kuhiraukan, 2 tempat konkrit yang aku lihat dan aku rasakan saat pertama kali diriku ini lahir ke dunia sampai sekarang disaat diriku menuju kedewasaan. 2 tempat yang Tuhan ciptakan dan Dia berikan untuk semua umat manusia yang menyisiri kehidupannya dibawah kibaran merah putih dan berdiri diantara kilau biru laut serta lembut hijau daratan. 2 tempat yang nantinya akan mengantarku menuju alam keabadian.
Bila kita dapat bertanya pada pekerja pemberani penembus langit angkasa yaitu para astronot yang pernah bahkan masih sering mengarungi angkasa tentang sesuatu apa yang paling indah yang mereka lihat saat disana, salah satu tempat yang mereka jawab pasti Bumi. Salah satu planet dari 8 gugusan planet dalam tata surya. Terlihat disana lukisan abstrak antara 2 warna paling dominan, yaitu warna hijau dan biru. Dengan garis dari setiap sisi yang terbentuk alami menyelimuti bentuknya yang bulat, dan satu-satunya planet yang diberi keistimewaan oleh Tuhan berupa air dan oksigen serta komponen-komponen lain yang mendukung kita para manusia bisa hidup disana tanpa merasa kekurangan dan susah payah mencarinya kita telah dapat memanfaatkannya demi kelangsungan hidup kita, melanjutkan apa yang menjadi kodrat setiap umat manusia yaitu keturunan.
Namun bukan hanya manusia saja yang menikmati keistimewaan dari Bumi, tetapi masih ada 2 makhluk hidup lain yang menjalani kehidupannya di Bumi. Yaitu hewan dan tumbuhan, komponen yang biasa disebut komponen Biotik termasuk manusia juga didalamnya di dalam ilmu Science.
Hewan adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan, seperti halnya manusia, hewan juga membutuhkan Bumi untuk kelangsungan hidupnya. Tetapi hewan tidak hanya mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri, sebaliknya dalam hal ini terdapat simbiosis mutualisme. Hewan melakukan rantai makanan untuk keseimbangan alam.
Kini kita melihat tumbuhan, makhluk hidup yang satu ini cukup unik, mereka beraneka ragam dari berbagai spesies dan juga jenis. Contoh kecil saja yang ada di negara kita, terdapat berjuta-juta jenis tumbuhan yang hidup, bahkan di setiap wilayah di Indonesia mempunyai spesies tumbuhan yang berbeda-beda kebanyakan sesuai dengan ke khassan daerah masing-masing. Ada yang bagus, cantik, lucu, unik sampai jenis yang aneh pun ada.
Diantara ketiga makhluk tadi, mereka tidak hanya hidup secara individual sesuai dengan jenisnya. Tetapi mereka saling bekerja sama, saling membutuhkan dan saling melindungi. Entah antara manusia dengan manusia yang lain, hewan dengan hewan yang lain meskipun berbeda jenis, dan tumbuhan dengan tumbuhan yang meskipun berbeda jenis pula.
Manusia memelihara hewan baik itu untuk sekedar hobi, perlindungan diri, maupun menjaga kelestarian hewan agar tidak punah. Hewan pun juga demikian, mereka butuh manusia untuk melindungi mereka, memberi mereka makan, ikut menjaga kelestarian mereka.
Manusia dengan tumbuhan, rasanya tak sulit untuk melihat bagaimana ketergantungan antara manusia dengan tumbuhan. Karena hampir setiap hari kita melihat bahkan kita sendiri pun melakukannya, bagaimana kita butuh sumber karbohidrat, protein, mineral, vitamin untuk tubuh kita terutama sayur mayur untuk dikonsumsi, ada para penjual bunga yang menjajakan bunga-bunga milik mereka untuk mencari nafkah dan menjadi tanaman hias di rumah kita, pengusaha meubel yang selalu membutuhkan kayu agar mereka tidak bankrut dengan usaha milik mereka tersebut, dan masih banyak contoh lainnya. Lalu tumbuhan membutuhkan manusia terutama agar mereka tidak mati, mereka perlu disiram, diberi pupuk, membudidayakan mereka yang hasilnya nanti juga akan dimanfaatkan oleh manusia sendiri.
Kini timbal balik pun tidak hanya dilakukan oleh manusia dengan hewan dan manusia dengan tumbuhan. Tetapi tumbuhan dengan hewan pun juga saling berperan untuk kelangsungan hidup meskipun mereka adalah 2 makhluk berbeda dan tidak memiliki akal pikiran seperti halnya manusia. Tetapi mereka memiliki naluri alamiah yang mereka gunakan dengan baik.
***
Beberapa contoh hal diatas adalah sebuah gambaran Bumi dulu, kini wajah Bumi dan isinya sudah sangat jauh berbeda. Berubah dari fisik Bumi sampai makhluk hidup di dalamnya, dan perubahan yang terjadi bukanlah perubahan yang menjadikan Bumi lebih baik dari sebelumnya tetapi justru jauh lebih buruk dari yang tadi kita gambarkan di awal. Saat ini kita sudah tahu tempat yang kini tengah kita tinggali ini sedang dalam keadaan tidak baik, hampir seluruh umat manusia mengenal kata Global Warming atau dalam bahasa negara kita yaitu Pemanasan Global. Sebuah kondisi dimana Bumi mengalami peningkatan suhu udara diatas normal dan ini adalah masalah utama yang kini tengah dihadapi oleh Bumi kita.
Dimana ulah manusia tak bertanggung jawab adalah lakon utamanya. Mungkin itu adalah anggapan sebagian besar dari kita sebagai pendoktrin tanpa kita sendiri sadar bagaimana sebetulnya diri kita, apakah kita orang yang lebih baik dan kita menempatkan diri kita sebagai tokoh penentang dalam hal ini atau justru kita adalah salah satu dari mereka bahkan lebih buruk daripada mereka. Itulah manusia, sesempurna apapun mereka sebenarnya di mata Tuhan tetap sama hanya keyakinan dan keimanan mereka yang berbeda. Sifat manusia yang serakah tak sedikitpun memperhatikan makhluk lain sesama penghuni Bumi.
Illegal Loging dan perusakan hutan semakin merajalela, pembangunan pabrik-pabrik yang mewah dan megah namun dengan limbah yang tidak ramah lingkungan bahkan berbahaya bagi manusia, gaya hidup boros serta penggunaan barang-barang dan kendaraan tidak ramah lingkungan oleh manusia modern saat ini, hilangnya satu persatu paru-paru untuk setiap kota, hal kecil seperti membuang sampah sembarangan pun tak luput dari penglihatan kita, perusakan lingkungan terutama habitat asli para hewan yang dilindungi, sampai perburuan terhadap hewan yang hampir punah masih terus dilakukan. Sungguh miris memang kita mendengar, melihat, atau bahkan kita sendiri melakukannya tanpa sadar. Namun beberapa contoh diatas adalah sebagian contoh dari penyebab Pamanasan Global, masih banyak contoh yang lainnya bahkan contoh kecil yang kadang kita sepelekan.
Teknologi. Bukan hal baru lagi kita mengenal kata itu dengan segala dunianya, menjadikan hidup kita lebih mudah dan berwarna, sampai membuat kita terlena akan kecanggihannya. Manfaat dari teknologi sendiri sangatlah banyak, tapi disisi lain mudharat/kerugian yang kita dapat juga tidak sedikit dan menjadi salah satu pemicu Global Warming.
Masalah lain yaitu Waktu, karena waktu pun sebetulnya tidak pernah hilang dari hidup dan kehidupan kita. Setiap hari kita bergulat dengannya entah sebagai kawan maupun lawan.
***
Indonesia. Negara kita tercinta ini merupakan persinggahan yang sifat dan fungsinya harus disejajarkan dengan Bumi. Dengan segala kekayaan SDA yang dimilikinya dan menjadi salah satu negara yang dijadikan paru-paru dunia sudah pantas rasanya bila kita dapat menerbangkan kesuksesan untuk nantinya mengarungi tatanan dunia Internasional seperti halnya burung garuda yang terbang mencakar langit dengan bebasnya. Sayangnya itu semua hanyalah impian kecil karena kita tidak melihat kenyataan yang ada. SDA yang tersedia tidak diimbangi dengan baik oleh SDMnya. Manusia tidak memanfaatkan dengan baik Alam yang ada, mereka cenderung merusak bahkan memanfaatkan untuk hal yang buruk.
Korupsi, entah dari sisi korup terhadap waktu, korup terhadap tenaga, dan korup terhadap uang. Semuanya melekat pada negara kita. Mengambil, memakan, hingga menikmati secara leluasa sebuah hak yang sebetulnya bukan hak mereka. Kadang aku bertanya pada diriku sendiri
“Apakah semua hal kotor tersebut merupakan jati diri masyarakat kita sejak zaman nenek moyang ?”. Aku rasa tidak, kerugian dari terciptanya teknologi memang menjadi salah satu penyebab penyakit yang menyerang rakyat dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Karena sebetulnya sang virus menyerang dari hal-hal yang kecil sampai hal-hal besar yang patut diperhitungkan.
Tidak munafik bila kita mengakui bahwa negara kita juga sebagai salah satu negara penyumbang penyebab Pemanasan Global.
***
Rasanya kita hampir bosan mendengar kata-kata “Pemuda Generasi Penerus Bangsa” tapi hal itu hanyalah untuk orang-orang yang tidak pernah merasa memiliki atas apa yang telah diberikan Tuhan untuk mereka.
Jika kita menghayati, mengerti, dan merasa memiliki. Tentunya kita tidak akan pernah berpikir seperti itu. Tuhan telah memeta-metakan tingkatan usia dari baru lahir, batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa sampai tua telah mendapat peran masing-masing dalam sandiwara dunia ini. Dan kita adalah tingkatan ke-5 dalam kasta tersebut, sedari kecil saat kita baru lahir, Tuhan menempatkan kita dalam sebuah tempat bernama Dunia, dan kita diijinkan untuk hidup disana. Bumi yang sedari tadi kita bahas adalah tempat spesifiknya. Semua umat manusia tentunya mengerti hukum alam agar bisa merawat tempat dimana mereka tinggal, tidak selalu generasi teratas atau generasi tua yang harus merawat Bumi. Namun kini kita, kita para remaja yang telah mendapatkan tahta untuk memegang kendali Bumi, apakah nantinya kita dapat memegang laju dengan baik ataukah kita akan terperosok jatuh kedalam jurang kegagalan.
Kini saatnya kita untuk mengurangi sedikit demi sedikit hal-hal yang dapat memicu Pemanasan Global, mencegah berbagai dampak yang timbul karenanya. Hingga predikat Global Warming dapat terbebas dari Bumi kita.
Tugas kita para penerus bangsa, dari hal kecil yang kita lihat seperti membuang sampah pada tempatnya, memilah-milah setiap sampah yang dapat di daur ulang sampai belajar mendaur ulang berbagai sampah agar dapat dimanfaatkan lagi dengan baik, memulai hidup hemat, aktif melakukan reboisasi, menggunakan barang-barang dan kendaraan yang ramah lingkungan, aktif pula dalam upaya perlindungan hewan yang hampir punah, dan masih banyak hal lagi yang dapat kita lakukan sesuai dengan pemikiran kita masing-masing.
***
Dibawah kibaran warna merah dalam bendera sebagai simbolisasi agar kita berani bertindak dan bertanggung jawab untuk Bumi dan Indonesia. Serta dalam naungan sucinya warna putih sebagai bukti bahwa masyarakat Indonesia dengan sifat ramah tamah, cinta perdamaian, dan penolong bagi sesama patut disejajarkan untuk menjadi salah satu negara tauladan bagi seluruh negara di dunia.
Sekali lagi jawabannya ada pada kita. Karena kita yang memikirkan dan akan merealisasikan melalui tindakan nantinya. Pastinya jalan lurus menuju kesuksesan masa depan Bumi tidak diperoleh secara instan dan mudah seperti mengkedipkan mata tetapi segalanya membutuhkan perjuangan. Dari hal yang rasanya mudah untuk dilupa karena begitu sepelenya. Tapi justru dari sanalah kita mulai melangkah melalui dakian pertama untuk nantinya mengantarkan kita ke dakian selanjutnya. Semuanya dapat kita jalani dengan ringan dan mudah tetapi kunci untuk membuka keinginan tersebut adalah Niat.
Kata-kata ‘Niat’ bukan hanya sebuah rangakaian 4 buah huruf yang tercipta menjadi sebuah kata, tetapi makna dari itu sebetulnya sungguh begitu dalam bila kita mengilhaminya dan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan kita.
Mengintrospeksi dari penjelasan di atas, bahwa seiring merebaknya era globalisasi dengan segala kemudahan teknologi yang ada kita justru mendapat ujian/akibat untuk mereka yang terlalu terlena didalam kehidupan dari mulai mereka-mereka yang harus menyongsong pagi buta untuk mendapat sebungkus nasi sampai mereka-mereka yang baru melihat dunia disaat matahari mulai berada pada posisi 3/4 tempat dari start hanya untuk sedikit melihat hak yang sebetulnya bukanlah hak mereka. Yaitu sifat malas, karena sesungguhnya sifat malas itu adalah sebuah virus yang menimpa hampir setiap remaja, sekalipun remaja tersebut adalah seorang jenius dengan IQ paling tinggi. Ingatkah pepatah ‘Tidak ada seseorang yang bodoh di dunia ini, yang ada hanyalah seseorang yang malas’. Dan bila sifat malas tersebut telah membudaki kita, barulah kita mengidap penyakit yang disebut bodoh.
Niat memang hal utama yang memang harus dilakukan, tapi dibalik kata niat ada berbagai puzzle hal yang harus dirangkai antara lain keinginan, rasa perlu untuk dilakukan, dan siap dalam menerima segala resiko yang akan datang. Jadi meskipun dalam hati kita telah terbesit niat untuk melakukan, namun segala perjuangan kita nantinya akan sia-sia bisa berhenti begitu saja sampai kemungkinan terburuk yaitu kegagalan.
Hal berikutnya yaitu ‘Bukti’, beberapa contoh penanggulangan Pemanasan Global diatas rasanya sudah layak untuk dijadikan bukti jika kita dapat merealisasikannya dengan baik. Karena dengan adanya bukti kita dapat memberikan contoh agar nantinya dapat kita serukan untuk orang lain agar sikap positif kita dapat ditiru dan nantinya kita dapat meraih manfaat untuk diri kita sendiri khususnya, orang lain umumnya, negara kita tercinta, dan tempat tinggal kita di dunia yaitu Bumi.
***
Segala hal yang tadi kita harapkan untuk dapat direalisasikan secara baik, akan dapat memberikan kehidupan yang cerah untuk generasi selanjutnya. Dan dapat menjadi pemicu semangat untuk nantinya menjadikan Bumi jauh lebih baik lagi.
Dariku untuk Bumi
5 D for all
- Dimulai dari diri kita sendiri
- Diniati dari dalam hati
- Dibuktikan melalui bukti konkrit
- Diserukan untuk orang lain agar ditiru
- Dapatkan manfaat untuk diri kita, orang lain, Indonesia, dan Bumi.
Ini bukan tulisan untuk mengkritik/menilai berbagai pihak, tapi merupakan perenungan agar kita mengintrospeksi diri kita agar menjadi lebih baik. Dan nantinya menjadikan Bumi serta Indonesia tersenyum kembali.
Comments
Post a Comment