Skip to main content

Cerpen: Princess Vilie



Vilie masih terus menunduk, sementara omelan demi omelan Mamanya senantiasa menggema disudut-sudut telinganya.

“Mama ngga abis pikir sama kamu Vilie, semakin hari kelakuan kamu semakin bikin pusing tanpa ampun” Terlihat gurat penyesalan dari seorang ibu yang tak kuasa mengahadapi tingkah anaknya sendiri. “Kemarin siang pelajaran Bahasa kamu tidur, belum lagi ulangan terakhir yang bikin mata Mama melotot ngga percaya”  
“Dan warna rambut sekarang” Mama melepas napas panjang. “Kalo kamu kayak gini terus, mau jadi apa kamu nanti. Berubah nak, contoh kakak-kakak kamu” Mama masih terus menasehati Vilie “Dan Mama juga heran waktu lagi hamil kamu perasaan Mama ngga pernah ngidam yang aneh-aneh deh” Mama menerka masa lalunya.

Vilie sudah mulai jengah dengan situasi ini, saat Mamanya yang tengah mengomelinya mulai tidak konsen dia lekas lari masuk ke dalam kamarnya.

“Vilie Mama belum selesai bicara” teriakan Mama mendorong Vilie untuk segera mengunci pintu kamarnya.

***

“Fiuhhh” Perasaan lega kini bisa ia rasakan tatkala sudah terbebas dari omelan yang hampir setiap hari datang padanya.
“Huaaaaa” kesal Vilie sambil mengucek-ucek rambutnya sendiri.
Dia melangkahkan kaki kedepan cermin di meja kamarnya “Capek gue sama hidup kayak ini, setiap hari diomelin” Vilie mengomel sendiri. “Vilie kamu ngga boleh kayak gini, kamu harus kayak gitu. Contoh dong kakak-kakak kamu” Vilie menirukan omelan Mamanya. Persis!

Sejurus kemudian dia merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, masih lengkap dengan seragam OSIS SMAnya Vilie pun menguntai waktu untuknya memejamkan mata dan tertidur.

***

Mata Vilie terbuka secara sadar, yang dia ingat dia tengah tidur. Dan aneh kenapa saat ini warna sprei kasur miliknya menjadi warna Pink. Dia pun lekas bangun dan ia terkaget saat disekelilingnya berubah menjadi ruangan yang sama sekali tidak bisa ia kenali.

Bagian depan tempat tidur kini berubah menjadi lemari besar yang berlapiskan gold, dengan entah apa isinya. Pada arah jam 2 Vilie berada, tertata sebuah meja dengan kaca berukuran besar yang menyertainya serta berbagai peralatan yang mirip seperti dikamar Kakak Aline dan Mamanya, ada arah berikutnya yaitu jam 3. Terlihat sebuah balkon yang cukup besar menghadap sunrise. Vilie pun penasaran dengan balkon tersebut. berjalan ia mendekati balkon dan dirinya terkagum dengan pemandangan yang begitu indah terpampang didepannya. Hamparan hijau rerumputan dengan pohon-pohon besar, danau kecil, serta orang-orang yang tengah sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
Rasa Penasaran Vilie pun tak berhenti disini, dia melihat seluruh isi ruangan dimana dirinya saat ini berada. Ruangan yang lebih mirip kamar, kamar khas anak perempuan. Kamar dengan interior klasik nan anggun. “Kalo kak Aline disini pasti betah” kata Vilie dalam hati.

Dilihatnya sebuah pintu, lebih mirip pintu dirumahnya yang memiliki 2 pintu. Dibukanya pelan, terlihat sebuah koridor dimana banyak orang berlalu-lalang. Rasa penasaran Vilie pun menyeruak, dia keluar dari kamar tersebut.
Sekeliling koridor tersebut banyak lukisan-lukisan mewah yang begitu artistik. Dipandanginya secara
cermat setiap lukisan-lukisan itu.

“Selamat Pagi Tuan Putri” sebuah suara mengagetkan Vilie.

Dipandangnya seorang wanita bertubuh subur dengan tinggi setara pundak Vilie tengah tersenyum.
“Ayo, lekas mandi. Hari ini kita akan berkeliling istana” katanya lagi tanpa menunggu jawaban dari Vilie.

Vilie pun menurut saja, dia masuk kembali kedalam kamar. Kamar Mandi yang begitu mewah nan elegan menyambut Vilie. “Buset.. ini kamar mandi apa rumah, lebar amat” gumamnya heran.

Selesai mandi, Vilie mengenakan gaun yang telah disiapkan oleh wanita tadi. Vilie begitu canggung, karena dia belum pernah mengenakan gaun seperti itu. Dirinya terlalu tomboy untuk memakai gaun se-glamour itu. Wajah Vilie memerah tak percaya saat melihat dirinya dicermin “Ini gue??” tanyanya kaget.

“Mari putri saya antar” wanita tersebut memberikan tangannya dan disambut oleh tangan Vilie yang segera menggandengnya.

***

Istana Briarose tampak begitu ramai di cerahnya pagi ini.

Baik suasana didalam maupun diluar, para pekerja Istana sibuk menata setiap sisi agar selalu rapi dan bersih. Vilie bersama Bibi Merry, nama wanita tadi yang ternyata adalah asisten khusus putri Istana Briarose menyusuri setiap bagian dalam Istana. Rasa kagum Vilie akan kemewahan dan keanggunan istana ini tak pernah padam. Pada saat Vilie hendak menuruni tangga, kakinya dibuat geli oleh bulu kucing yang tengah menggeliat manja. Vilie yang kaget berteriak dan spontan menendang kucing tersebut “Aww”

Bibi Merry tertawa melihat tingkah Vilie, dia lekas menggendong kucing yang bernama Maleficent tersebut. “Malefice ingin digendong tuan putri” ucapnya pada Vilie.
“Kucing? Mama kan takut banget sama binatang ini” Vilie teringat akan phobia Mamanya. “Tapi lucu juga yah” Vilie justru tertarik dengan kecantikan Maleficent.
“Sini bi, biar Malefice sama aku” Vilie meraih Maleficent lembut, dielusnya bulu-bulu lebat kucing itu. Malefice pun terlihat begitu nyaman digendongan Vilie.

Ditemani Bibi Merry dan Malefice, Vilie menyusuri bagian luar istana Briarose. Nuansana nature begitu kental, begitu nyaman di mata. Beda dengan nuansana di jalan komplek rumah Vilie yang lebih didominasi rumah-rumah bertingkat. Setiap pekerja Istana yang melihat Vilie menyapa hangat Vilie sambil membungkukkan badan mereka sebagai tanda hormat, Vilie sempat merasa risih karena dia merasa bukan orang penting. Meskipun seperti itu, Vilie tetap membalas sapaan mereka dengan halus.

***

Selesai berkeliling, Para Staf dan Pengurus Istana sarapan bersama. Sebuah ruang makan besar dengan meja makan berukuran panjang menjadi tempat mereka. Vilie duduk pada kursi nomor 3, kursi khusus untuk Putri Istana. Semua orang yang akan sarapan berdiri saat melihat Sang Ratu yang menjadi kehormatan datang, sambutan dengan bungkukan badan serta salam hangat menyambut Ratu Layla.

“Selamat Pagi, mari kita santap sarapan pagi ini. Silahkan” suara lemah lembut nan merdu Ratu membuat Vilie kagum. Ditatapnya Sang Ratu yang sudah berumur namun tetap cantik tersebut. “Mama, kapan Mama bisa selemah lembut ini” Vilie kembali teringat Mamanya.
“Putri cantikku ayo kita makan” Ratu Layla menegur Vilie yang sedang melamun. Vilie hanya menjawabnya dengan anggukan dan senyum gerogi.

***

Kamar Utama Istana Briarose yang merupakan kamar dari Sang Raja dan Ratu kini terlihat sedikit ramai. Para pembantu Istana mempersiapkan obat dan beberapa ramuan untuk Sang Raja yang tengah terbaring sakit.

Sementara itu Ratu Layla dan Vilie menemani di sebelah ranjang.
“Ayah, bagaimana keadaanmu saat ini?” tanya Ratu Layla halus.
“Ayah merasa sedikit lebih baik” jawab Sang Raja sembari mengulas senyum. Raja Stefan yang merupakan pemimpin tertinggi Negara sudah 2 bulan ini sakit, beliau hanya bisa berbaring diatas tempat tidur. Dia harus rutin meminum obat dan ramuan khusus dari para ahli kesehatan negara agar dia lekas sembuh. Saat Raja sakit otomatis kepemimpinannya digantikan oleh Sang Ratu. Untuk itu Ratu jauh lebih sibuk karena menghandle banyak hal.

Vilie melihat Raja Stefan dengan terus tersenyum “Anakku, Ayah ingin memelukmu” Vilie yang sedari tadi diam memperhatikan, mendekat pada Raja Stefan dan memeluknya hangat. Pelukan seorang Ayah yang begitu Vilie rindukan membuat air matanya menetes tak sadar “Papa, Vilie kangen Papa” rintih Vilie dalam hati.

***

Kamis Pagi.

Vilie terbangun oleh bunyi alarm. Matanya masih begitu berat, namun dia harus lekas bangun karena pagi ini dia harus berangkat ke Sekolah. Selesai mandi Vilie mengenakan seragam hari ini, tak lupa menyisir rambut pirangnya dan dia biarkan terurai.
Di meja makan telah ada Mama yang menyiapkan sarapan. Vilie duduk, sejurus kemudian dia mengambil sarapan miliknya. Sejauh matanya melihat, di meja makan hanya ada dirinya dan sang Mama.

“Ayo nak dimakan, malah ngelamun” kata Mama menegur.
“Ma, Papa kapan pulang?” tanya Vilie gusar.
“Bulan depan Papa pasti pulang” jawab Mama yakin.


Di rumah Vilie hanya tinggal bersama Mamanya, Papa Vilie bekerja diluar kota dan jarang pulang ke rumah, sementara kedua kakak Vilie berkuliah. Kak Aline kakak pertamanya berkuliah di London, dan kak Gilang si kakak kedua berkuliah di Bandung. Vilie seringkali merasa kesepian.

Di Kelas XI IPA 4 SMA Bina Bangsa tempat Vilie menuntut ilmu. Mata pelajaran pertama adalah Fisika.
“Kok sekarang Fisika?” tanya Vilie pada Rena tempat sebangkunya.
“Emang mau lu pelajaran apa, tiap hari Kamis pagi kan Fisika” jawab Rena.
Vilie masih dibuat bingung, dia merasa belum melewati hari Rabu kemarin, tetapi hari ini dia sudah berhadapan dengan hari Kamis.

“Sekarang kita koreksi PR minggu lalu” perintah Bu Tami, guru Fisika.
“Aduh mampus” Vilie kaget menyadari dirinya belum mengerjakan PR yang dimaksud.
Dibukanya tas, lalu mencari-cari buku catatan Fisika miliknya. Mengecek apakah PRnya memang masih kosong. Dan Vilie dibuat ternganga, PR Fisika miliknya telah selesai dikerjakan semuanya, dengan rapi pula.
“Vilie, mana PRmu” tanya Bu Tami mendekat ke meja Vilie.
“Mmm ini bu” jawab Vilie sedikit ragu.
Bu Tami memperhatikan dengan cermat hasil pekerjaan Vilie, beliau pun tersenyum senang “Bagus Vilie, kamu mengerjakan semua soalnya dengan baik” kata Bu Tami bangga. “Sekarang kamu kerjakan nomor 1 di papan tulis” pinta beliau.
Vilie pun menurut.

***

Jam istirahat.

Vilie duduk di salah satu kursi taman, sambil meneguk segelas jus melon yang berada di depannya.
“Hari ini kok berasa aneh banget yah. Sekarang hari Kamis, perasaan kemarin itu masih hari Selasa deh. Trus itu PR Fisika belum juga gue kerjain kok udah diisi lengkap begitu” Vilie masih dalam kebingungannya.
“Oiiii” sebuah suara dan tepukan di pundaknya mengagetkan Vilie.
“Kenzy... lu tuh” hardik Vilie pada sahabatnya ini.
“Lagian siapa suruh ngomong sendiri kayak orang gila” kata Kenzy santai.

Vilie diam tak menjawab. Sementara Kenzy menaruh buku gambar milknya dan beserta beberapa pewarna di atas meja.
“Time to drawie, come on Vil ” ajak Kenzy.
“Eh Ken gue mau cerita, kemarin tuh gue mimpi seru. Hahaha” Vilie teringat akan mimpinya, sejurus kemudian dia begitu antusias bercerita. Sementara Kenzy sibuk menggambar dan sesekali menanggapi ocehan Vilie.

***

Kini suasana berubah, berubah sama seperti yang lalu. Istana Briarose dimana salah satu kamarnya tengah ada Vilie yang duduk diatas tempat tidur.

“Kok gue bisa disini lagi” gumam Vilie. Dilihatnya sekeliling, dirinya dibuat penasaran dengan sebuah cermin berbentuk oval sedikit besar dengan aksen ukiran dipinggirnya. Diambilah cermin tersebut, dan berkacalah dia.
Namun, bayangan yang keluar bukanlah wajah Vilie, namun seorang perempuan persis seperti dirinya dan berkata “Hai Vilie”

Vilie melempar cermin tersebut keatas tempat tidur saking kagetnya. Bulu kuduknya berdiri, dirinya merasa tidak tenang. Tapi rasa penasaran mengacaukan segalanya, diambilnya kembali cermin tersebut perlahan.
“Maaf yah, aku bikin kamu kaget” perempuan tersebut kembali berucap setelah Vilie mengalihkan cermin didepan wajahnya.
“Kamu siapa?” tanya Vilie gugup.
“Namaku Aurora, akulah Putri yang ada di Istana Briarose tempat kamu saat ini berada” terang Putri Aurora.
“Tuan Putri disini?’ tanya Vilie belum yakin.
“Iyah” jawabnya sembari tersenyum. “Vilie, sebelumnya aku minta maaf karena udah bikin kamu bingung. Sebenarnya saat ini kita tengah bertukar tempat, kamu di kamarku, aku di kamarmu”
Vilie tak dapat berucap, gurat wajahnya menyiratkan tak mengerti dengan maksud Putri Aurora.
“Kamu bisa lihat tidak, kita itu mempunyai kemiripan wajah. Dan rambut kita juga sama pirangnya. Aku tau kamu pasti masih belum mengerti, aku jelaskan dari awal yah” Putri Aurora mulai bercerita

“Sebenarnya aku memiliki masalah di Istana, masalah tentang perjodohan aku dengan seorang Pangeran di negeri seberang yang telah direncanakan sejak umurku 5 tahun. Jujur aku merasa belum siap apabila harus melepas masa mudaku. Keadaan ayah yang tengah sakit saat ini adalah salah satu alasan mengapa perjodohan ini harus dipercepat” Putri Aurora terlihat sedih, sementara Vilie dengan cermat memperhatikan cerita Putri Aurora.
“Akhirnya aku meminta bantuan pada kedua peri Istana yang bernama Flora dan Fauna. Aku meminta agar perjodohan ini tidak dilaksanakan dan Ayah sembuh, tapi ternyata mereka tidak dapat melakukan ini karena sudah peraturan Istana dan mereka tidak boleh melanggarnya. Namun mereka bisa membantu dengan cara lain, yaitu memberikanku dunia baru agar aku bisa sedikit demi sedikit menerima keadaan” cerita Putri Aurora “Mereka bilang aku memiliki seorang kembaran di dunia lain, meskipun kita bukan satu darah tapi kemiripan kita sudah dapat dijadikan alasan untuk itu. Peri Flora memberikanku ‘Sleeping Beauty Quencher’  dan siapapun yang meminumnya setiap dia tidur akan bertukar tempat dengan kemiripannya. Begitu pula dengan kita, jadi apabila kamu tengah tertidur, kita akan segera bertukar tempat dan itu berlangsung setiap 2 hari sekali”

Vilie mencoba menerka “Jadi, kemarin saat aku disini itu bukan mimpi?”
“Bukan Vilie, itu nyata. Kamu tidur diduniamu hari Selasa. Lalu saat kamu bangun itu hari Kamis, hari Rabu yang kamu lewati ada di Istana Briarose” Putri Aurora  menjelaskan. “Dan hari Rabu itu, aku ada diduniamu menjalani aktifitasmu seperti biasanya. Ohiya sebelum aku berani meminum itu, terlebih dahulu aku belajar tentang kehidupanmu, apa saja yang kamu lakukan, siapa saja orang-orang yang ada dikehidupanmu. Jadi maaf apabila aku sudah lancang menjadi dirimu, aku mohon agar kamu bisa mengerti keadaanku, ini tidak akan berlangsung lama”

“Aku emang ngerasa kamu udah begitu jauh mencampuri hidup aku, apalagi sampe bawa aku kesini” Vilie terlihat marah.
“Maaf ya Vilie, aku benar-benar dibuat pusing dengan peraturan Istana. Tanpa ada pilihan lain, aku pun memilih cara ini” Putri Aurora merasa bersalah.
“Tapi setelah aku pikir-pikir ngga ada salahnya juga aku ada disini, aku juga punya banyak masalah diduniaku sendiri. Aku ingin merasakan suasana yang berbeda, toh ini juga buat sementara aja kan” kata Vilie bersemangat.
“Kamu serius Vilie?” tanya Putri Aurora tak percaya.
“Aku serius Aurora, dengan cara ini pula aku bisa membantu kamu. Aku percaya kok kamu bisa jadi aku saat ada diduniaku” terang Vilie yakin.
Putri Aurora mengangguk dan tersenyum lebar “Vilie terimakasih kamu mau membantu aku, dan kamu tenang saja. Di Istana Briarose ada Bibi Merry yang siap membantu kamu karena dia tahu siapa kamu sebenarnya. Jadi kamu menurut saja dengannya”

***

Semenjak pertemuan Vilie dan Putri Aurora melalui cermin. Vilie mulai merasa nyaman saat berada di Istana Briarose, disana dia banyak menemukan hal baru dan membuatnya betah seperti mengurus binatang-binatang kesayangan Putri Aurora, bersekolah di sekolah Keputrian Istana, berkumpul dengan teman-teman Putri Aurora yang semuanya adalah perempuan, menjadi Tuan Putri yang ramah kepada semua, serta hal-hal lain yang sering dilakukan Putri Aurora.

Sementara di dunia nyata Vilie.

Siang ini, Putri Aurora menjalani aktivitasnya di SMA Bina Bangsa. Mengikuti sesi demi sesi mata pelajaran, dia tidak terlampau sulit mengikutinya karena pada dasarnya Putri Aurora adalah orang yang cerdas dan suka belajar. Ketika jam istirahat, dia pun duduk di bangku taman tempat dimana Vilie biasa menghabiskan jam istirahatnya.
“Hey Vil, nih!” Kenzy menyodorkan satu cup ice cream pada Putri Aurora.

Putri Aurora memang sering melihat Kenzy memperlakukan Vilie begitu akrab, namun baginya ini sebuah momen yang canggung karena dia belum pernah memiliki teman laki-laki sebelumnya. Putri Aurora pun akhirnya menerima  ice cream tersebut.

“Tau ngga Vil, kemarin gue nge-chat salah satu muridnya Akira Toriyama dan dibales. Awalnya gue bingung mau pake bahasa apaan, gue coba pake Bahasa Inggris dan ternyata dijawab” Kenzy bercerita begitu antusias.

Putri Aurora sedikit bingung bagaimana ia harus menanggapi Kenzy “Oh yah mmm...” Putri Aurora menggantung ucapannya.
“Oh yah apanya Vil?” Kenzy juga tak kalah bingung. Diperhatikannya Putri Aurora lekat, mencoba menerka apa yang akan diucapkan Putri Aurora. “Ah udah, sekarang makan ice creamnya. Nungguin lu ngomong ngga tau lagi mikir apaan juga ngga jelas” kata-kata Kenzy membuat Putri Aurora lega.

***

Sore hari di Istana Briarose.

Vilie nampak asyik bermain dengan Maleficent dan Horseda si Kuda betina milik Putri Aurora di kebun Istana. Vilie menggendong lembut Malefice dan sesekali membelai bulu Horseda yang berwarna coklat. Vilie tersenyum senang karena kedua binatang tersebut akrab dengan dirinya, maklum semenjak kecil Vilie tidak pernah sekalipun memelihara binatang karena sang Mama begitu anti-animal.

Dari kejauhan tepat arah barat dimana matahari mulai kembali ke peraduannya tengah ada kuda yang mendekat bertunggangkan seseorang pria. Horseda meringkik dan terlihat begitu bersemangat.

Kuda beserta seorang pria tersebut berhenti di depan Vilie. “Selamat sore Tuan Putri” sapa pria tersebut lembut sambil turun dari atas kuda.

Ekspresi muka Vilie berubah abstrak, dia terlalu kagum akan ketampanan pria yang saat ini berada didepannya “Ebuset ini cowo cakep bener” kagum Vilie dalam hati.
Cukup lama Vilie dibuat terkagum sampai akhirnya tangan Pria tersebut melambai pada Vilie dan membuat Vilie tersadar sampai ia gugup.

“Kamu itu lucu yah, aku menyapamu tapi kamu justru melamun entah apa” kata Pria tadi.
“Mmm.. Soree” jawab Vilie grogi.
“Namaku Philip” katanya sambil menyodorkan tangan.
“Aku Vil, emm Aurora” Vilie menjabat tangan Philip.

Mereka pun akhirnya mengobrol.

***

Malam harinya, Vilie dan Putri Aurora berkomunikasi setelah hampir 2 minggu mereka belum bertegur sapa seperti saat itu.

“Aurora, aku seneng banget disini” kata Vilie memulai percakapan.
“Sama sepertiku Vilie, di duniamu aku benar-benar merasa senang lebih dari sebelumnya” balas Putri Aurora tak kalah senang.

Mereka pun saling tertawa.

“Tapi ini hanya berjalan sementara” Vilie terlihat sedikit kecewa.
Ekspresi Putri Aurora juga berubah. “Sebenernya aku ingin apa yang kita lakukan ini berjalan terus, tanpa ada kata sementara”
“Bukannya kamu bilang, kamu ngga bisa melanggar peraturan Istana?” tanya Vilie.
Putri Aurora menggeleng “Ada cara lain Vilie, kita bisa melepas sekat pertukaran tempat kita asalkan ‘Sleeping Beauty Quencher’ aku habiskan semuanya” jelas Putri Aurora.
“Jadi maksud kamu, nanti kita akan bertukar tempat buat selamanya?” tanya Vilie memastikan.
“Iya Vilie, kamu akan menjadi diriku, menjadi Putri Istana Briarose sementara aku akan menjadi Vilie dan menjalani hidupku di duniamu” terang Putri Aurora.

Vilie kaget “Ngga, aku ngga mau!!” seru Vilie. “Mungkin aku seneng disini, tapi aku yakin aku ngga akan hidup bahagia selamanya saat menghabiskan kehidupan aku ngga bersama keluarga aku sendiri”

Vilie menaruh cermin tersebut tanpa menunggu Putri Aurora mengeluarkan suara. Dia segera berbaring di tempat tidur.

Putri Aurora menghela napas panjang, dia merasa bimbang. Dilihatnya sebuah foto yang berada di meja kecil disamping tempat tidur Vilie. Gambaran sebuah keluarga, Vilie bersama Papa-Mama serta kedua kakaknya tersenyum dalam keceriaan. Dia pun teringat akan sang Ibu dan Ayahnya yang tengah sakit, air mata Putri Aurora menetes.

***

Keesokan harinya, sepulang sekolah Vilie menghabiskan waktu bersama Kenzy ditempat biasa mereka bertemu. Saling asyik menggambar, Vilie dan Kenzy adalah sahabat kental. Mereka sama-sama menyukai manga, mengecat rambut dengan gaya masing-masing tokoh manga favorit mereka,  dan karena hal itulah mereka bisa akrab sampai saat ini. Di sekolah pun Vilie lebih sering bersama Kenzy dibanding teman-teman perempuan lainnya.

Kenzy memperhatikan kertas gambar Vilie dimana ada sebuah gambar yang menarik perhatiannya. “Elu ngegambar apaan Vil?”
Vilie tertawa kecil sambil menyembunyikan rasa malunya.
“Ealah pake sok imut gitu lagi?” ledek Kenzy.
“Ih lu tuh” hardik Vilie jengkel. “Gue lagi ngegambar pangeran”
“Hah, pangeran apaan. Pangeran kodok?”  Kenzy asal menebak.
“Nih liat, pangeran cakep gini juga” Vilie menyodorkan hasil gambarnya sambil menjulurkan lidah pada Kenzy.
“Dia siapa?” Kenzy memperhatikannya cermat.
“Dia itu pangeran yang kemarin nemuin gue” Vilie tersenyum bangga.
“Di mimpi?” tanya Kenzy.
“Bukan lah, nyata!” jawab Vilie yakin.
“Stop deh Vil! Semakin kesini lu semakin aneh tau ngga” Kenzy mulai kesal.
“Eh apa-apaan lo pake sewot segala?” Vilie tak mengerti kenapa Kenzy bisa sejudes itu.
“Abisnya lu dari kemarin tuh  ceritanya kalo ngga Istana, Tuan Putri, suasana baru atau entah apalah itu eh ini sekarang ada pangeran segala. Freak!” Kenzy tak tahan dengan kelakuan Vilie.

Vilie menepuk keningnya, dia baru sadar selama ini dia banyak bercerita tentang pengalaman barunya namun belum sedikitpun bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya dan Putri Aurora. “Oh iya gue lupa”

Kenzy semakin bingung dengan apa yang dilakukan Vilie saat ini.

“Sorry selama ini gue bikin lo bete, tapi itu semua karna lu belum tau keadaan yang sebenernya” Vilie mencoba menjelaskan “Jadi gue itu lagi bertukar tempat sama seseorang” Vilie menceritakan semuanya secara detail.

Kenzy melongo mendengar cerita Vilie dan kemudian dia tertawa begitu kencang.
“Ken plis deh!!” Vilie memukul bahu Kenzy cukup kencang.
“Vilie.. Vilie.. Vilie.. gue tau lu itu manga addict, tapi dunia kita ini ngga se-fiksi cerita di manga. Me and you trough the reality” jelas Kenzy.

“Oke mungkin ini susah buat dipercaya, tapi apa selama ini mm kemaren aja deh lu yakin Vilie yang sama elo itu gue?” tanya Vilie.
Kenzy menerawang “Ya Vilie sahabat gue lah siapa lagi?”
“Berarti lo kurang sensitif, itu bukan gue. Itu Aurora” jelas Vilie. “Lo pasti nemuin sedikit perbedaan, coba deh lu pikir”

Kenzy kembali membayangkan Vilie yang bersamanya kemarin, memutar otaknya cukup lama, dan kemudian mengangguk tanda dia menemukan sesuatu.

***

Didalam kamar Istana Vilie tengah asyik membuat sulaman topi hasil dari latihannya bersama temen-teman istana. Masuklah Ratu Layla bersama Bibi Merry.

“Anakku” sapa Ratu Layla.
Vilie segera membenarkan posisi duduknya “Iya Ibunda” jawab Vilie hormat.
Ratu Layla mengusap rambut pirang Vilie lembut. Beliau kemudian bercerita.
Selesai Ratu Layla bercerita beliau keluar dari kamar setelah sebelumnya mengecup lembut kening Vilie yang menurutnya adalah Putri Aurora, anaknya.

“Bibi gimana dong, masa pernikahan akan dipercepat” Vilie kalang kabut.
Bibi Merry pun tidak bisa menjawab, dia sama bingungnya. Dia tahu betul Putri Aurora pasti akan sedemikian kaget mendengar bahwa pernikahan dirinya dengan Pangeran Philip akan dipercepat.

Vilie menangkupkan kedua tangan didepan wajahnya. Confuse!!

***

Malam hari sebuah pertemuan kedua keluarga yang cukup sederhana digelar. Pangeran Philip dan Vilie bertukar cincin, jujur saat ini Vilie tak bisa percaya harus secepat inikah pertukaran tempat antara ia dan Putri Aurora sampai pada momen seperti saat ini.

Dia berdansa dengan Pangeran Philip disaksikan para tamu serta kedua orang tua mereka. Meskipun kaku karena belum pernah berdansa sebelumnya namun kesabaran Pangeran Philip dalam membantu Vilie dalam mengalunkan badan membuat Vilie nyaman, Vilie terlelap didada bidang Pangeran Philip “Coba elu ada di dunia gue, dan elu tau gue sebenernya siapa. Gue mau jadi pacar lu” kata Vilie dalam hati.

Putri Aurora telah mendengar semuanya, semakin tak tentu perasaannya. Dia menemui Peri Flora dan Fauna.

***

Untuk Vilie
Vilie, aku belum siap mengahadapinya. Aku bahkan terlalu nyaman berada diduniamu. Aku yakin kamu pasti akan nyaman di Istana Briarose selamanya. Mungkin aku akan melakukannya, maafkan aku Vilie.
Aurora~

Badan Vilie lemas seketika melihat tulisan tersebut. Didalam kamarnya sendiri Vilie dibuat tak tenang. Dia berlari keluar kamar dan mencari Mamanya. “Mamaaaaaa” seketika Vilie memeluk erat mamanya.

“Kamu kenapa nak? Ada apa??” Mama dibuat bingung dengan perlakuan Vilie yang tak biasa ini.
Vilie berpikir mana mungkin dia akan jujur dengan apa yang terjadi, mamanya pasti akan sangat marah “Vilie sayang Mama, sayaaaaang banget” ucap Vilie sejadi-jadinya.
Mamanya hanya bisa menggeleng, beliau membalasnya dengan ciuman di pipi kanan-kiri serta kening Vilie.

Jam istirahat, sudah berkali-kali Vilie memuntahkan isi perutnya.
Di ruang UKS, Vilie ditemani salah seorang temannya yang merupakan anggota PMR. Tak lama Kenzy datang melihat keadaan Vilie.
“Vil, lu kenapa sebenernya?” tanya Kenzy sedikit takut.
“Ngga tau nih, gue mual-mual terus. Kayaknya gara-gara makanan di istana deh” jawab Vilie sambil sesekali menghirup minyak kayu putih.
Kenzy menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. “Aduh emang makanannya aneh-aneh gitu apa, halal juga ngga tuh?”
“Ngga tau juga deh, mana mungkin gue mikir nyampe kesitu. Orang gue laper, ya gue makan aja apa yang ada” jawab Vilie polos.
Kenzy berulang-ulang menunjukkan ekspresi heran namun ia juga merasa kasihan dengan sahabatnya ini yang tersiksa dengan tindakan Putri Aurora yang justru menjerumuskan Vilie.

***

Malam harinya selesai Vilie mengerjakan tugas, ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan dari seseorang yang begitu ia rindukan.
“Halo kak Aline” Vilie membuka obrolan.
“Halo Vil, apa kabar kamu?” Kak Aline, kakak pertama Vilie seketika menanyakan kabar Vilie.
“Aaa...aku baik kak, kakak sendiri gimana?” Vilie menjawabnya sedikit terbata. Dia tidak ingin kakaknya khawatir apabila tau apa yang sebenarnya terjadi.
“Kamu yakin Vil, kamu baik-baik aja?” tanya kak Aline lagi.
“Iyaa” jawab Vilie tegas.
“Syukurlah.. semalem kakak mimpi buruk, kakak mimpi kamu. Kakak takut banget kamu kenapa-kenapa” ucap Kak Aline begitu khawatir.

Vilie tersadar, dia tak mungkin membiarkan semuanya berjalan sesuai apa yang Putri Aurora inginkan. Dia harus melakukan sesuatu.
“Kak...” suara Vilie terdengar surau. Dia pun menceritakan semuanya.

***

“Kalian ngga perlu takut dengan istana, kalian ikut saja denganku menuju dunia dimana Vilie tinggal, disana kalian akan aman selamanya. Dan hiduplah menjadi manusia”perintah Putri Aurora pada kedua peri itu.
“Tolong Putri Aurora jangan lakukan itu, pasti akan ada jalan keluar lain selain ini” kata Peri Fauna mengingatkan.
“Jalan keluar apa, kalian tahu sendiri kan aku punya hidupku sendiri. Aku tidak bisa jika harus menikah dengan pria yang bukan pilihan hatiku” jawab Putri Aurora kesal.
“Lalu bagaimana dengan Raja dan Ratu yang pasti akan kehilangan putri tunggal mereka dan mereka harus hidup dalam ketidaktahuan akan putri kandung mereka sendiri. Dan Vilie, Tuan Putri merenggut hidupnya” Peri Flora membuka suaranya.

Putri Aurora terlihat semakin kesal mendengar kata-kata Peri Flora. Tanpa berpikir panjang dia meneguk ‘Sleeping Beauty Quencher’ sampai tak bersisa. Kemudian dia pingsan.

Belum selesai Vilie bercerita tiba-tiba dia pingsan sama waktunya dengan Putri Aurora.
“Vilie.. halo Vil.. jawab kak Aline Vil..” Kak Aline berulang-ulang memanggil Vilie dalam ponselnya namun tak ada jawaban.

***

Vilie dirias oleh para perias Istana, dipakainya gaun yang begitu glamour berwarna biru muda, tak lupa sebuah mahkota emas disematkan diatas kepalanya.

Tuan Putri beserta para pengikutnya memasuki ruang upacara pernikahan. Berdiri Pangeran Philip tampan yang tengah menunggu di altar.

Vilie meneteskan air matanya. Dia tau hidupnya kini akan dihabiskan di Istana Briarose, menjadi Tuan Putri bersuamikan Pangeran Philip.

***

Vilie membuka matanya, dia tak tahu dimana dirinya saat ini. Di depannya telah ada Mama, Papa, Kak Aline, Kak Gilang, dan Kenzy tengah tersenyum lega.

“Aku ada dimana?” tanya Vilie bingung.
“Syukurlah sayang, kamu sudah sadar. Kamu ada di rumah sakit, semalam kamu pingsan dikamar dan kamu ngga sadar-sadar” jawab Mama terbata-bata dalam tangis.

“Vilie, kakak ngga mau kamu pergi. Jangan pernah lakuin ini lagi yah” pinta Kak Aline sembari menangis.

“Vilie anak Papa sayang, Papa tahu kamu sangat merindukan Papa dan kedua kakakmu. Maafkan kami karena kerinduan kamu ngga bisa tersampaikan karena jarak. Tapi Vilie harus tahu, kita ngga pernah  pergi niggalin Vilie. Karena kita semua sayang Vilie” ucap Papa tenang.

“Vilie, lu tau kan kita cuma jarak Jakarta-Bandung. Mulai sekarang kita bakal sering ketemu kok, punya adek kayak lu tuh ngangenin” Kak Gilang begitu antusias bercerita.

Vilie menggeleng-gelengkan kepalanya tanda ia tak ingin semuanya terulang kembali. Di dunia inilah dirinya lahir dan akan menutup mata nantinya, bersama keluarga yang begitu ia cintai. “Vilie sayang kalian, Vilie ngga bisa hidup tanpa kalian”

“Sayang, maafin mama yah selama ini mama terlalu protektif sama kamu, mama terlalu takut kamu ngga bisa seperti kakak-kakak kamu. Mulai sekarang kamu harus bisa lebih tekun di hobi kamu. Mama akan dukung penuh sayang” kata Mama bijak.

Vilie pun tersenyum senang, dipeluknya satu persatu keluarga yang begitu ia cintai.

***

Di sebuah balkon kamar rawatnya Vilie dan Kenzy berangkulan.

“Ken, gue bakal disini terus kan. Ngga di Istana Briarose lagi?” tanya Vilie memastikan.
“Gue yakin 100%, kedua peri itu udah ngelakuin apa yang seharusnya mereka lakuin. Dan Putri Aurora udah sadar dengan tindakannya itu. Jadi lu tenang aja, lu hidup akan selamanya disini sampai lu udah bener-bener ngga diijinin hidup lagi sama Tuhan” jawab Kenzy yakin.
Vilie memukul bahu sahabatnya pelan, Kenzy masih bisa bercanda di tengah obrolan mereka yang begitu serius ini.

“Mulai sekarang, ngga ada penghalang lagi buat ngejar cita-cita kita” ucap Vilie memastikan.
Vilie dan Kenzy pun bersalam persahabatan.

*Adaptep by Sleeping Beauty Short Story

_a.d.a_

Comments

Popular posts from this blog

Happy Batik Day

source: http://www.pinterest.com/jojomiro/batik-et-peinture-sur-soie/ Teruslah menjadi warisan budaya yang tak pernah lekang oleh zaman.. Aku bangga Batik Indonesia _a.d.a_

Cerpen: Dalam Secangkir Vanilla Latte

“...Another aeroplane Another sunny place I’m lucky, I know But I wanna go home Mmmm, I’ve got to go home Let me go home I’m just too far from where you are I wanna come home And I feel just like I’m living someone else’s life It’s like I just stepped outside When everything was going right And I know just why you could not Come along with me This was not your dream But you always believed in me...” Alunan musik jazz beriring dalam irama lagu dari Michael Buble, sore itu hujan. Cafe yang tadinya lengang berubah padat, seiring dengan pengunjunng yang ingin berteduh sembari menikmati makanan atau hanya sekedar meneguk kopi. Shera berlari menuju cafe, dijadikannya tas yang dia bawa untuk menutupi kepalanya agar tidak terkena air hujan. Sesampainya didepan cafe, dia mengelap baju dan anggota tubuhnya yang terkena air hujan dengan tangannya sendiri. Masuk dan menemukan tempat kosong dipojok cafe dekat jendela. Selesai memesan dia mulai mengambil alat g...

Cerita Kota Kelahiran: PURWOKERTO Part #1 SEJARAH

source: www.banjoemas.com Setelah hampir 23 tahun lahir dan besar di kota ini, aku ngerasa perlu banget buat cerita tentang kota dengan julukan Kota Ngapak ini secara lebih mendetail disini. Dulu sebelum memutuskan untuk berkuliah di luar kota dan akhirnya meninggalkan jejak di kota lain selama hampir 4 tahun akhirnya bisa ngerasain yang namanya “Kangen Kota Kelahiran”, karena semewah dan semenarik apapun kota perantauan, masih tetap ngangenin kota sendiri. Okay kali ini aku akan cerita kota Purwokerto dari sisi sejarahnya dulu. Nama Poerwakerta atau Purwakerta diambil dari kata "Purwa" yang konon diambil dari nama sebuah negara kuna di tepan Sungai Serayu "Purwacarita" yang bermakna "Permulaan" dan "Kerta" yang diambil dari nama ibukota kadipaten "Pasir" yaitu "Pasirkertawibawa" yang bermakna "kesejahteraan" sehingga Poerwakerta bermakna Permulaan Kesejahteraan. Kota ini merupakan salah satu ko...