Kutuang air hangat yang telah kuisi dengan teh celup sebelumnya, ditambahkan sedikit gula, dan diaduk pelan.
Pagi yang cerah mengiringiku memulai hari dengan duduk
dihalaman belakang rumah, berteman secangkir teh dan kue manis. Masih ada 1 lagi
yaitu album foto yang memang sengaja ingin kulihat hari ini.
Kubuka lembar pertama dari Album yang berjudul “Memories
never die” ini.
Halaman pertama, foto pertama
Sebuah foto dimana ada Ayah, Bunda, dan aku yang tengah
memegang piala olimpiade Sains antar sekolah di daerahku. Saat itu aku berumur
10 tahun dan itu adalah piala pertamaku sekaligus langkah awal dimana aku
mengikuti olimpiade-olimpiade serupa. Audi si kutu buku dengan kacamata serta
rambut yang diikat separuh begitu melekat padaku. Orang tuaku adalah 2 pribadi
yang menuntunku untuk menomorsatukan pendidikan karena kebetulan aku adalah
anak tunggal. Mereka selalu ingin agar aku memiliki masa depan yang jauh lebih
baik dari mereka.
Foto kedua
Adalah saat dimana aku baru saja memenangkan Olimpiade Sains
Internasional di California, hidupku semakin berkutat dengan belajar untuk
sekolah, beberapa les akademik, dan latihan untuk olimpiade-olimpiade
berikutnya. Untuk beberapa waktu aku begitu menikmatinya, tapi disamping itu
aku bahkan tak bisa bersosialisasi dengan teman-temanku. Bisa dikatakan di
Sekolah aku sulit memiliki teman akrab. Jika dirumahpun aku selalu menghabiskan
waktu di depan meja belajar.
***
Halaman kedua, foto pertama
Sebuah foto dimana ada aku dan Kyara, dia sahabatku. Kami
bertatap muka untuk pertama kalinya dari balik jendela kamar kami masing-masing
yang saling berhadapan. Keluarganya baru pindah rumah tepat disebelah rumahku,
saat itu aku tengah merasa bosan saat mengerjakan PR sekolah dan ketika aku
mengarahkan pandangan ke jendela, kulihat dia tengah memegang cermin sambil
tangan kanannya memoles wajah dengan perona pipi. Tak kusangka dia juga
melihatku dan tersenyum sambil melambaikan tangannya, lalu kubalas.
Dia seumuran denganku, dan ternyata kami satu kelas. Aku dan
Kyara berbeda 180 derajat, dia pandai merawat diri dan ramah kepada siapapun.
“Kamu yang kemarin lagi belajar kan?” Dia bahkan masih ingat
saat kita saling sapa dari balik jendela kamar kami masing-masing.
“Iya” jawabku.
“Aku Kyara, kamu?” sambil menyodorkan tangan.
“Aku Audi” kujabat tangannya.
“Salam kenal yaa, aku juga minta bantuan ke kamu karna aku kan
murid pindahan” katanya halus.
“Iya” jawabku. Kami pun mulai saling mengobrol bahkan sampai
menghabiskan bekal makanan berdua di dalam kelas. Selesai makan, dia
mengarahkan ponselnya untuk memotret kami berdua. Dan hasilnya adalah foto ini.
Foto kedua
Ada aku dan Kyara tengah berpose didepan cermin diruang
ganti pakaian, seperti halnya remaja-remaja lain yang suka berpose diruang
ganti dengan pakaian baru sebelum mereka membelinya. Kyara memilihkanku pakaian
dengan model yang belum pernah aku miliki. Pakaian yang begitu feminine
membalut tubuhku.
“Kamu jadi tambah cantik di” puji Kyara padaku.
“Tapi aku belum pernah pakai kayak gini sebelumnya ra”
kataku malu.
“Udah ngga apa apa, dicoba aja dulu nanti juga terbiasa” Kyara
pun membelikannya untukku.
Selesai jalan-jalan memutari setiap toko didalam mall, aku
dan Kyara mampir disebuah resto masakan Padang.
“Akhirnya bisa makan disini juga, kamu beneran suka juga kan
masakan disini?” kata Kyara sesaat setelah kita duduk.
“Aku ngga pernah pilih-pilih makanan” jawabku sambil
tersenyum.
Kyara memang asal Padang sehingga dia begitu menyukai
masakan Padang. Untung saja ada salah satu kedainya dimall ini.
***
Halaman ketiga, foto pertama
Kyara dan Aku memakai gaun pesta
“Seperti bukan aku” itulah yang pertama kali aku saksikan
ketika didepan cermin. Pun saat aku harus membalik halaman album foto ini
dimana ada gambaran diriku yang begitu biasa saja dibanding dengan foto ini.
Kyara merubahku seperti “Ya ampun Audi kamu cantik banget”
itulah kata-kata yang keluar dari mulut anak-anak kelasku yang ada di tempat
pesta ulang tahun Sandra saat itu. Aku disulap bak putri kerajaan yang
menggunakan gaun panjang, make-up yang simple namun memberikan kesan anggun,
dan untuk pertama kalinya aku menggunakan soft-lens sebagai pengganti kacamata.
“Sekali-kali dicoba biar kamu jadiin alternatif kalo kamu ngga pake kacamata”
kata Kyara memberiku saran.
Ayah-Bunda, Om Ferdy-Tante Sera yang merupakan Papa-Mama
dari Kyara juga begitu pangling melihatku.
Foto kedua
“The AK Cupcakes made
by us” judul foto itu, Kyara dan aku baru selesai memasak cupcake pertama
buatan kami berdua. Dengan adanya Kyara dikehidupanku memang membuatku berubah
dari Audi yang kutu buku menjadi Audi yang periang dan suka merawat diri serta
memasak. Semua itu diajarkan oleh Kyara, sahabat yang paling kusayangi.
***
Halaman keempat, foto pertama
Kyara Aluna, 18 tahun, Jawa Tengah salah satu finalis yang
berhasil masuk 20 besar gadis sampul, Kyara memang pantas menjadi seorang
model. Dia begitu cantik dan multitalenta, sehingga banyak teman-teman lelaki
dikelas menyukai Kyara. Untuk penyaringan selanjutnya Kyara perlu dikarantina
selama 1 bulan, aku dengan senang hati mengunjunginya setiap akhir pekan.
Segala sesuatu yang dia lakukan di karantina diceritakan padaku. Sebagai
sahabat yang menyayanginya aku tentu sangat bangga dan ikut senang melihat
Kyara bisa bahagia.
Foto kedua
Izhar,Aku,Kyara,dan Revan
Siapa mereka? Revan adalah pacar Kyara dan Izhar adalah
pacarku. Mereka masih satu sekolah dengan kami, tak kusangka tanggal kami
jadian hanya berselang 2 hari. Aku berani mengambil keputusan untuk menerima
cinta Izhar ketika Ayah, Bunda, dan Kyara memberikanku dukungan. Kini aku tak
hanya mendapat sahabat tetapi pacar dan Izhar adalah pacar pertamaku.
Kami berempat sering menghabiskan waktu bersama,
jalan-jalan, berlibur, nonton film, sampai belajar kelompok.
***
Halaman Kelima, foto pertama
Aku dan Kyara saling berpelukan, aku mencoba menghibur Kyara
yang sedih karena baru saja putus dengan Revan. Aku juga sedih karena pasti
kita akan sulit untuk berkumpul bersama seperti sebelumnya. Kyara memang sosok
yang tegar, karena tidak sampai berhari-hari dia larut dalam kesedihan. Dia
tetap Kyara yang periang.
Foto kedua
The Graduation
Tak kami sangka perjalanan kebersamaan kami telah sampai di
momen spesial yaitu kelulusan. Aku pun bersyukur masih bisa mempertahankan
prestasiku bahkan dikelulusan angkatanku ini aku menjadi lulusan terbaik dengan
nilai yang hampir sempurna. Kyara begitu senang ketika namaku dipanggil menjadi
lulusan terbaik oleh kepala sekolah. Kami mengabadikannya di foto ini.
***
Halaman Keenam, foto pertama
Foto Keluarga yang begitu hangat. Segala sesuatu memang
selalu kita lakukan bersama. Hari ini aku, Kyara, Papa-Mamanya, serta
keluarga besarku merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama. Kami semua sudah
seperti keluarga yang tak memiliki jarak serta batas lagi. Dalam suka cita dan
kasih sayang, kami melalui setiap detik di hari ini.
“Aku terharu” kata Kyara
berbisik padaku.
Aku memeluknya.
“Baru pernah aku bertemu keluarga baru seperti kamu di, karna
sebelumnya aku lebih sering merayakan lebaran hanya bertiga dengan Papa-Mama
karena kita ngga bisa pulang kampung” mendengar ucapan Kyara membuatku tak kuasa
meneteskan air mata.
Foto kedua
Farewell Kyara :’(
“Kamu yakin tetap ingin ikut?” kataku menahan tangis.
“Aku ngga mungkin pisah sama Papa-Mama, anak mereka cuma aku satu-satunya. Ngga apa-apa aku lanjutin kuliah disana karena
aku udah terbiasa pindah-pindah” jelas Kyara. “Di, sejauh apapun jarak kita,
pasti kita akan ketemu lagi. Nanti kita saling cerita apa aja yang udah terjadi
dikehidupan kita setelah kita jauh” sambung Kyara.
Meskipun berat, akhirnya aku melepas sahabatku ini untuk
ikut pindah bersama Papa-Mamanya ke luar kota.
Aku memeluk Kyara erat “Aku bersyukur banget bisa ketemu,
kenal, dan jadi sahabat kamu. Makasih Kyara kamu udah rubah Audi yang kutu buku
dan ngga bisa dandan jadi seperti sekarang ini. Aku sayang banget sama kamu”
kataku terisak.
“Aku juga bersyukur dan senang banget bisa jadi bagian hidup
kamu, selama ini aku sulit bertemu keluarga besarku. Tapi kamu, Om Aldi dan
Tante Rena jadi keluarga baruku yang sangat aku cintai” Kyara melepas pelukan.
Dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya “Pakai
ini yaa, biar kamu inget terus sama aku” pesan Kyara sembari memakaikanku
sebuah gelang.
Om Ferdy dan tante Sera kemudian berpamitan padaku dan Ayah-Bunda.
Sungguh sebuah momen yang sangat membuatku sedih. Aku dan Kyara pun mengambil
foto bersama sebelum kami berpisah. Kurangkul bahunya dengan kedua tanganku.
***
“Bun, Audi” Ayah memanggil kami dari ruang tv.
“Tadi Ferdy naik taksi apa ya waktu berangkat?” Tanya Ayah
ketika aku dan Bunda mendekat.
“Blue Bird kan Yah” aku menjawab.
Seketika Ayah membesarkan volume tv yang ditontonnya.
“Itu kecelakaan dimana Yah?” Tanya Bunda melihat lebih
dekat.
Pun denganku yang melihat plat taksi yang nahas itu.
“Ayah, Bunda itu plat mobilnya sama kayak taksi yang tadi dinaikin
Kyara” kataku bergetar. Aku lekas mengambil ponsel dan mencari nomor Kyara.
Panggilanku tak diangkat, aku mencoba mengulanginya.
“Halo” ada jawaban diujung sana, tapi sepertinya ini adalah
suara seorang pria.
“Halo pak, ini siapa ya. Kyara mana?” tanyaku.
“Mba kenal dengan korban kecelakaan ini, saudari Kyara baru
saja mengalami kecelakaan” lututku lemas seketika, pandanganku buyar dan aku
pingsan.
***
Memang benar taksi yang kehilangan kendali itu adalah taksi yang ditumpangi Kyara dan keluarganya sebelum ke Bandara, kecelakaan maut itu telah merenggut semua orang yang berada didalam taksi. Kyara sahabatku tak pergi sementara tapi untuk selama-lamanya. Pesan serta pelukannya padaku merupakan yang terakhir. Gelang sebagai tanda persahabatan kami merupakan saksinya, baju yang kukenakan tak sudi untuk kulepas bahkan sampai Kyara dimakamkan, karena dibajuku ini masih hangat tercium bau parfum Kyara.
Foto terakhir di Album ini adalah foto dimana ada aku dan pusara Kyara.
“Tenanglah dikeabadianmu sahabatku” tulisku pada judul foto
itu.
_a.d.a_
Comments
Post a Comment