Skip to main content

Dari Balik Jendela: Didepan Kita



Aku masih berkutat dengan artikel yang baru aku buat 3 menit yang lalu sampai telepon di sebelah komputerku berbunyi.
Kuangkat lalu kujawab telepon tersebut “Oke, aku kesana”.
Aku menyimpan artikel yang baru seperempat jalan ini kubuat. Lalu kupoleskan lipstick dibibir ini untuk memastikan bahwa aku masih fresh bekerja hari ini.Kemudian kususuri lobby dengan membawa beberapa lembar kertas serta alat perekam.
***
Ruang Interview, aku memasukinya.
Di dalam ruangan yang bernuansa minimalis yang nyaman dan sejuk ini, telah ada pasangan yang telah menungguku.
“Maaf sudah membuat kalian menunggu” kataku merasa tak enak.
“Ah engga, kita juga baru berapa menit duduk disini” jawab salah satu dari mereka.
“Sebelumnya terimakasih untuk waktu yang kalian berikan untuk kami” Aku menyodorkan tangan “Aku Neisa, yang kemarin menelpon kalian”
“Aku Raga dan ini pacarku Syafa” mereka menjabatku satu persatu. Diiringi senyum hangat dari keduanya.
“Aku jelasin dulu yaa, jadi majalah kita bulan depan bakalan ngambil tema tentang percintaan buat manfaatin momen Valentine. Kita ngambil tema spesifik yaitu LDR, selain bahas artikel-artikel teoritisnya kita juga ngadain wawancara sama pasangan-pasangan yang LDR. Salah satunya kalian, sebelumnya aku sempet browsing lalu aku nemu blog, yang kalo ngga salah dari temen SMA kalian yang nyritain tentang hubungan LDR yang kalian jalanin” kataku menjelaskan, dari raut yang kutangkap mereka sudah mampu mencerna penjelasanku. “Trus aku coba, maaf yaa stalking dari akun sosmed kalian, sampai aku akhirnya rundingan sama redaksi dan mereka setuju. Dan aku sangat bersyukur, kalian bisa meluangkan waktu bekerjasama di project majalah kita”
“Iya kak Neisa, kita kemarin sebenernya sempet ngga percaya. Soalnya pasangan dengan hubungan LDR kan ngga cuma kita aja yang ngalamin. Tapi sekarang kita udah yakin banget dan mau berbagi cerita” kata Raga yang terlihat begitu cakap dalam berbicara.
Aku tersenyum senang “Anggap aja ini bukan interview tapi obrolan santai biasa. Oh iya kalau misal kalian mau tambah atau pilih makanan minuman ngomong aja yaa”
“Ini juga udah enak banget kok kak” kata Syafa tersenyum.
Kami bertiga tertawa kecil.
***
Interview pun dimulai
“Ngomong-ngomong kalian udah berapa lama pacaran?”
Kulihat raut keduanya kompak menerawang. Pandangan mereka terhenti di satu titik.
“Hampir 7 tahun” Syafa menjawab. “Tepatnya 6 tahun 8 bulan” Raga melengkapi.
Syafa pun tersenyum sembari melihat Raga.   
“Lalu untuk LDR sendiri nih. Kalian kan udah pernah ngejalaninnya, trus menurut kalian LDR itu apa sii?
“LDR itu yaa sesuai singkatannya hubungan jarak jauh” jawab Syafa santai. “Sama” kata Raga menimpali.
“Tapi buat hubungan kita, kita ngejalanin LDR itu bukan sebagaimana arti itu. Mungkin lebih ke waktu dan tempat yang ngajak kita buat berbeda sejenak. Karena jarak sendiri ngga punya arti apa-apa. Toh hubungan ngga dilandasi jarak yang harus nyatu, tapi mungkin lebih ke hatinya” Raga bercerita.
“Hati dari pasangan itu sendiri” sambung Syafa mantap.
Aku mengangguk mengerti, sambil mencatat poin penting ini dalam buku kecil yang sedang kupegang.
“Apa yang bikin kalian LDR”
“Aku kuliah di luar kota” jawab Raga.
***
“Tadi kalian bilang lebih ke urusan hati, hati orang kan kadang berubah seiring situasi yang mereka hadepin. Dari hubungan kalian selama ini, apa sii yang bikin hati kalian kadang ngga bisa sinkron?”
Raga menyeka ujung hidungnya “Aku sempat baca-baca banyak artikel tentang LDR, karena jujur aja ini pertama kalinya aku pacaran udah hampir 2 tahun dan harus LDR. Salah satu artikel yang aku baca adalah tentang apa yang perlu diperhatiin saat hubungan LDR. Kayak Komunikasi dan Kepercayaan”
Aku tertarik karena Raga terlihat sangat mempersiapkan apa yang ada di dalam hidupnya. “Bisa jelasin ngga gimana komunikasi dan kepercayaan yang kalian anut saat LDR”
Raga melihat Syafa, Syafa seperti langsung paham apa yang dimaksud oleh pacarnya itu. “Dari komunikasi sendiri kita usahain terjadwal, karena aku saat itu posisi masih SMA yang dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore cuma punya waktu saat istirahat buat pegang handphone dan Raga juga kuliah dengan jadwal yang random, ada yang mulai pagi sampai sore bahkan siang sampai sampe malem” Syafa  menarik sebagian rambutnya kearah punggung. “Dari saling tahu jadwal sekolah sama kuliah masing-masing, kita bikin tuh jadwal komunikasi diantara kita”
Aku mengangguk “Kira-kira kapan aja tuh?”
Syafa terlihat menerawang “Biasanya itu pagi hari pas bangun tidur. Raga telfon, dia nyanyi” Syafa sembari tertawa “Aduh aku kalau inget kadang suka geli sendiri hehehe”
Aku melihat Raga yang sedari tadi tak meninggalkan pandangan ke arah Syafa saat Syafa bercerita juga ikut tertawa. Aku pun spontan ikut tertawa saat mendengar cerita Syafa dan gaya tertawa Syafa yang sedikit unik.
“Iya dulu gitu, seringnya tuh lagu-lagunya Coldplay sama Noah. Kadang juga karena posisi Raga baru bangun tidur suaranya suka aneh kadang berat kadang serak malah kadang lupa lyric hahaha” tawa Syafa mengundang kami tertawa kembali. “Trus komunikasi lagi malem atau sore saat kita sama-sama udah free
“Yang selama ini nyanyi selalu Raga?” tanyaku.
“Aku nyanyi kalau malem, mau tidur. Yaa meskipun suaraku juga merdu alias merusak dunia, Raga mau mau aja dengerin aku nyanyi” Kali ini tawa Raga yang kencang memancingku tertawa juga. Syafa justru menepuk keras lengan Raga sambil menahan malu. “Diluar waktu itu kita biasanya manfaatin sms atau pakai sosmed. Sedapetnya waktu aja, ngga pernah dipaksa”
“Komunikasi sangat bantu kalian yaa?”
Mereka berdua kompak menjawab kata “Yaa”
“Tadi selain komunikasi ada juga kepercayaan. Aku penasaran, kepercayaan seperti apa sii di hubungan kalian itu?”
“Kepercayaannya itu kayak gimana kita saling yakin kalau kita sama-sama setia dan jujur dalam hal apapun yang menyangkut hubungan” kata Raga dengan bahasa lugas, jelas dan aku mencatatnya.
“Jadi kita ini di SMA sempat dijulukin pasangan beda alam” aku sontak tertawa dengan apa yang dikatakan Raga. Syafa pun cekikikan.
“Serius, jadi Syafa itu atlet bulu tangkis yang hampir waktunya banyak dihabisin buat latihan dilapangan. Kalo aku sering ikut olimpiade ilmiah yang nongkrongnya kalo ngga laborat ya perpus”
“Pokoknya orang yang baru tahu kita pacaran pasti bakalan ngomong ngga lama pasti kita putus. Bahkan aku juga sering di bully sama fans-fansnya Raga. Pokoknya banyak pertentangan di awal-awal hubungan kita, ceilah pertentangan” Syafa terlihat geli sendiri dengan apa yang dia katakan.
“Aku pribadi itu tipikal orang yang keras kepala, jadi kalau aku udah yakin di “A” pasti seterusnya akan “A”, jadi saat Syafa nerima cinta aku. Keyakinanannya itu tetap menjaga hubungan sama Syafa” kata Raga mantap.
“Kalau Raga mantap, Syafa sendiri gimana?”
“Aku sii orangnya cuek, saat dibully pun awalnya aku masih cuek. Tapi karena pernah sampai keterlaluan, aku sempet putus asa dan mau putus aja. Tapi Raga ngga pernah bosen buat yakinin aku dan selesein masalah itu sampai bener-bener ngga ada lagi yang berani nge-bully aku. Karena Raga udah  yakin, aku akhirnya yakin buat terus jalanin hubungan. Alhamdulillah kepercayaan itu masih bertahan sampai sekarang” kata Syafa yang diamini oleh Raga.
***
Obrolan yang semakin asyik membuat kami tak sadar bahwa minuman yang disuguhkan telah habis.
“Mau nambah atau ganti minuman?”
Mereka memilih untuk menambah, lalu aku tuang sirup ke gelas mereka masing-masing.
Kemudian kembali mengajak mereka untuk mengobrol sembari mengisi catatanku yang sudah hampir terisi 1 lembar ini.
“Aku tertarik banget sama cerita LDR kalian tadi, dan aku penasaran selama kalian LDR udah pernah ribut berapa kali” pertanyaan yang agak iseng ini membuat mereka justru tertawa.
“Jujur aja kita jarang banget ribut, bahkan kalau ada masalah pun kita usahain selesein saat itu juga dan lebih sering masalahnya karena bercandaan hehehe” cerita Raga.
“Sering ngerayain Anniversary?”
“Setiap 1 bulan sekali” jawab Syafa.
Raga berdehem “Saat LDR kita butuh keterikatan lebih buat jaga hubungan kita. Jadi dalam sebulan minimal kita punya 1 Quality Time moment. Salah satunya Month’s Annivesary
“Trus apa yang kalian lakuin buat ngerayainnya”
Raga lalu memandang Syafa “Karena tanggal jadian kita ada di pertengahan bulan, jadi saat Anniv malamnya kita sama-sama mandang bulan dari balik jendela kamar kita, kita sama-sama ngobrol lewat skype saat itu juga. Trus tiup lilin kecil barengan” Syafa menjelaskan.
Aku mencatatnya sepersis mungkin karena ini bisa menjadi salah satu kutipan di artikel nanti.
***
“Dari beberapa info yang aku dapet, kalian sekarang udah ngga LDR lagi?”
“Iya, Raga udah lulus dan pulang kampung trus kerja dikota sendiri juga” terlihat senyum lepas dari wajah Syafa.
“Syafa juga ngelanjutin kuliah dikota yang sama juga. Jadi kita udah bebas buat ketemu” Raga tak kalah bersemangat.
“Kalian pengen hubungan kalian kedepan itu seperti apa?”
“Mungkin awal kita pacaran banyak yang ngeraguin, tapi semua itu terjawab jelas seiring waktu dan juga ini” Raga menarik tangan kiri Syafa dan terlihat cincin emas berwarna putih melingkar di jari manis keduanya. “Ini janji kita yang akan kita jaga sampai nanti pindah ditangan kanan”
Aku menanyakan sudah berapa lama pertunangan itu.
“Belum lama ini, tepatnya saat Syafa masuk di semester 2 kuliahnya” jawab Raga.
Aku menyalami mereka untuk memberikan ucapan selamat.
“Terakhir sebelum obrolan ini selesai, kira-kira apa sii pesan kalian buat para pasangan LDR yang lain”
Keduanya saling pandang.
“Jalani aja segala hal yang datang ke hubungan kalian. Jarak itu bukan masalah, karena buat kita berdua  hubungan bukan masalah jarak, tapi apa yang ada didepan kita yaitu CINTA”


_a.d.a_ 

Comments

Popular posts from this blog

Happy Batik Day

source: http://www.pinterest.com/jojomiro/batik-et-peinture-sur-soie/ Teruslah menjadi warisan budaya yang tak pernah lekang oleh zaman.. Aku bangga Batik Indonesia _a.d.a_

Cerpen: Dalam Secangkir Vanilla Latte

“...Another aeroplane Another sunny place I’m lucky, I know But I wanna go home Mmmm, I’ve got to go home Let me go home I’m just too far from where you are I wanna come home And I feel just like I’m living someone else’s life It’s like I just stepped outside When everything was going right And I know just why you could not Come along with me This was not your dream But you always believed in me...” Alunan musik jazz beriring dalam irama lagu dari Michael Buble, sore itu hujan. Cafe yang tadinya lengang berubah padat, seiring dengan pengunjunng yang ingin berteduh sembari menikmati makanan atau hanya sekedar meneguk kopi. Shera berlari menuju cafe, dijadikannya tas yang dia bawa untuk menutupi kepalanya agar tidak terkena air hujan. Sesampainya didepan cafe, dia mengelap baju dan anggota tubuhnya yang terkena air hujan dengan tangannya sendiri. Masuk dan menemukan tempat kosong dipojok cafe dekat jendela. Selesai memesan dia mulai mengambil alat g...

Cerita Kota Kelahiran: PURWOKERTO Part #1 SEJARAH

source: www.banjoemas.com Setelah hampir 23 tahun lahir dan besar di kota ini, aku ngerasa perlu banget buat cerita tentang kota dengan julukan Kota Ngapak ini secara lebih mendetail disini. Dulu sebelum memutuskan untuk berkuliah di luar kota dan akhirnya meninggalkan jejak di kota lain selama hampir 4 tahun akhirnya bisa ngerasain yang namanya “Kangen Kota Kelahiran”, karena semewah dan semenarik apapun kota perantauan, masih tetap ngangenin kota sendiri. Okay kali ini aku akan cerita kota Purwokerto dari sisi sejarahnya dulu. Nama Poerwakerta atau Purwakerta diambil dari kata "Purwa" yang konon diambil dari nama sebuah negara kuna di tepan Sungai Serayu "Purwacarita" yang bermakna "Permulaan" dan "Kerta" yang diambil dari nama ibukota kadipaten "Pasir" yaitu "Pasirkertawibawa" yang bermakna "kesejahteraan" sehingga Poerwakerta bermakna Permulaan Kesejahteraan. Kota ini merupakan salah satu ko...