172, halaman terakhir novel yang kubaca hari ini. Aku rasa ide cerita novel ini cukup menarik tapi tidak dengan cuaca sore ini, gerimis sesekali datang tapi tidak begitu lebat jadi sisi depan jalan masih dapat terlihat olah mata minusku. Sudah satu jam lebih sejak bel pulang sekolah tadi aku menunggu ka Freya menjemputku di halte bis seperti biasa, nampaknya belum ada tanda-tanda kedatangannya hingga saat ini. Pikiranku mungkin dia masih sibuk berkutat di kantor karena semalam aku lihat dia begitu sibuk membuat laporan akhir bulan lalu. Dan sebagai adik yang baik aku harus dapat memakluminya.
***
Tidak terasa gerimis yang awalnya hanya beberapa rintik tetesan menjadi semakin banyak hingga akhirnya bisa disebut dengan hujan, jadilah jaketku digunakan untuk menutupi paha sampai kakiku agar rokku nanti tidak basah. Tak berapa lama datanglah seorang anak laki-laki yang kurasa berumuran sama denganku ikut berteduh di halte. Dia mengkibas-kibaskan jaketnya yang basah karena tadi digunakan untuk menutupi kepalanya agar tidak kehujanan saat berlari-lari untuk berteduh, tak berapa lama dia akhirnya duduk kurang lebih satu meter di sebelah kiriku. Aku coba memberikan sapu tangan milikku yang kebetulan baru ku ambil tadi pagi dan belum sempat aku gunakan.
“Ini, sapu tangan untuk mengelap tanganmu”. Kataku sambil menyodorkan sapu tangan, dia tampak senang sekali menerima sapu tangan itu
“Terimakasih” jawabnya.
Dan akhirnyapun kita berkenalan, dan laki-laki itu bernama Xian.
***
Lama-lama hujan justru datang bertambah deras sampai “aaaarrrrrggghhh” teriakku melihat jaket yang telah menutupi kakiku tadi basah karena terkena cipratan genangan air di depanku yang terkoyak oleh mobil yang lewat sampai akhirnya sepatu sampai rokku juga basah.
“Sial benar aku ini”, pikirku.
“Ya Ampun, ini pakailah jaketku untuk menutupi rokmu” ucap Xian sambil memberikan jaket kulit miliknya wajahnya terlihat sangat kasihan melihat nasibku ini.
2 jam sudah kita mengobrol cukup lama untuk sebuah perkenalan yang tidak disengaja ini.
“Hobimu sendiri apa Lhe ?” tanyanya.
“Banyak kok, salah satunya baca novel” jawabku santai.
“Sudah jam segini kakakmu belum jemput juga ?” tanya Xian.
Aku kaget seraya melihat jam tanganku yang sudah menunjukan pukul 17.15 ka Freya memang sudah keterlaluan aku disuruh menunggu 3 jam hanya untuk menunggu jemputannya. Dan rasa lapar di perutku ini sudah tidak bisa ditahan lagi.
“Lhe, Lhea kamu dengerin aku kan?” tanya Xian padaku dan membuyarkan lamunanku
“eeh, eh iya, iya aku denger kok” jawabku gugup.
“Kayaknya kamu lapar ya Lhe, dari tadi aku lihat kamu pegang-pegang perutmu terus” tebak Xian.
“iya juga sih, soalnya dari tadi siang aku belum sempat makan” jawabku menahan rasa lapar sambil meringis.
“Oh iya, udah makan roti ini kebetulan aku beli dua bungkus di kampus tadi” Xian menyodorkan roti keju kepadaku.
Aku lekas langsung mengambilnya karena perutku ini sudah tidak bisa menahan rasa lapar lagi “makasih banyak ya kamu baik banget deh” ucapku.
“Iya sama-sama”, tanpa berpikir panjang aku langsung melahap cepat roti itu.
“hati-hati Lhe memakannya ntar kamu keselek loh”, Xian menasehatiku
“mmm iya-iya abis aku laper banget sih” ucapku dengan mulut penuh denagn roti.
“Oh iya ngomong-ngomong kakakmu kerja dimana kok jam segini belum pulang?” tanya Xian padaku.
Aku mengambil botol air minum yang ada ditasku, dan setelah tegukan terakhir aku baru menjawab pertanyaan Xian tadi “kakakku kerja jadi sekretaris di kantor omku”.
“Biasanya siy jam 3 atau setengah 4 dia udah pulang dan langsung kesini buat jemput aku” kataku melanjutkan
“Ooh mungkin lagi banyak kerjaan kali yang harus dia selesein jadi pulangnya rada telat ?” Xian coba menebak.
“Kayaknya siy gitu, soalnya tadi malem aku liat dia sibuk banget di depan laptop lagi ngurusin laporan akhir bulan lalu” aku menjelaskan.
“Iya mungkin emang sibuk karna itu Lhe”.
“Kamu sendiri mau pulang sendiri apa dijemput ma seseorang” tanyaku
“Gak tau juga ni, mana ujannya masih deres. Bis dari tadi gak ada yang lewat satupun” Xian menjawab dengan rasa khawatir
“Ooh, ya ditunggu aja sapa tau ada yang lewat” aku coba menenangkan
“Semoga aja ya” jawabnya
***
“Emangnya kalo pulang latihan Tae Kwon Do selalu jam 3 ya ?” tanyaku
“Aahh itu mah gak mesti, kadang jam 3, jam 4, bahkan kadang bisa sampe jam 7 malem. Tergantung akunya aja lagi mood latihan apa gak, kalo hari ini aku lagi rada males latihan jadi aku mutusin buat pulang cepet aja” jawab Xian menjelaskan
“Emang males kenapa ?”
“Di Sekolah lagi banyak tugas and bikin gak mood ngapa-ngapain” jawab Xian santai
“Berarti kamu itu orang yang gak konsekuen dong ?” ledekku
“Kok gak konsekuen. Maksudnya ?” Xian penasaran
“Ya iya, orang kamu orangnya moody dan orang moody itu kebanyakan gak konsekuen”
Jelasku yang memang itu menjadi keyakinan buatku.
“Lho kok ?” tanyanya makin penasaran
“Ya iyalah soalnya setiap kali orang itu mau ngelakuin sesuatu suka gak ada arah apalagi bisa di batalin hanya gara-gara mood-nya gak enak. Itu udah jadi bukti kalo orang tersebut gak konsekuen” jelasku lagi.
“Masa iya siy ?” Xian bertanya pada dirinya sendiri.
Ekspresi wajahnya kelihatan lucu banget kalo lagi mikir sesuatu, dan aku rasa dia berpikir cukup keras dan dalam atas jawabanku tadi.
“DOOORR!!” teriakku
“Astaga!!” Xian terlihat kaget sekali
“Lhea, kamu ini lagi ngapain siy bikin aku kaget aja” kata Xian dengan ekspresinya yang masih kaget.
“Abis kamu siy, mikirin omonganku aja serius banget” jawabku
“Ya iyalah orang kamu ngomong kayak gitu. Aku kan jadi penasaran and mikir-mikir kalo aku ini termasuk orang yang konsekuen atau enggak” kata Xian kali ini dengan ekspresi wajah serius
“ Ooooh.... gitu. Eh tapi mukamu tadi lucu banget loh ?” ledekku
“Lucu ? lucu darimana. Emang mukaku abstrak apa ?” tanya Xian
“Tadi waktu kamu lagi mikir kalo kamu itu orang yang konsekuen atau enggak. Sumpah deh lucu banget. Hhahahahah” aku tertawa dengan begitu lepas.
‘Tttttaaaakkkkk’ Xian menjitak kepalaku
“Aaaddddooowwwwww” Aku meringis kesakitan
“Kamu ini apa-apaan siy. Pake jitak kepalaku segala ?” aku mulai sebal
“Abis kamu, pake acara crita orang konsekuen orang konsekuen. Aku jadi bingung kan mikirin aku ini orangnya gimana?” Xian juga terlihat sebal
“Kayak gitu aja dipikirinnya...dibawa serius banget, biasa aja kali. Tapi kalo aku liat kamu itu bukan hanya cowo yang gak konsekuen, tapi juga cowo yang nyebelin. Baru kenal langsung berani ngejitak” kataku
“Ooooohhh kamu makin ngeledek ya. Mau aku jitak lagi kepalamu” Xian berdiri lalu mendekatiku dengan tangan yang siap untuk menjitakku lagi.
“Aaarrrgghhh” aku langsung berdiri dan menghindar.
Dan akhirnya pun kita saling menjitak dan bercanda dengan hujan yang masih deras mengguyur jalan.
***
2 Minggu berlalu. . . . .
Kini, aku dan Xian begitu akrab kita sering berkomunikasi entah itu chatting, bbm, sms, ataupun saling menelfon. Dan intensitas pertemuan kami pun menjadi semakin sering, aku sering menemani Xian latihan Tae Kwon Do dan Xian sering mengantarku pulang sekolah dan juga pulang les.
Sebuah hubungan yang diawali dengan pertemuan yang tidak disengaja tetapi menimbulkan kesan dan sangat berpengaruh pada aktivitasku untuk saat ini.
Xian. Lelaki yang saat ini menjadikan hidupku menjadi berarti, lelaki yang bahkan selalu kutulis setiap hari di dalam diaryku, lelaki yang setiap jam membayangi pikiranku, hingga akhirnya aku dapat menarik kesimpulan bahwa aku mencintai dia. Aku mencintai Xian, entah apa yang membuatku bisa jatuh cinta padanya yang pasti keberadaaanya membawa pengaruh besar kepada kehidupanku, terutama hatiku.
Dan hari ini Xian mengajakku dinner bersama. Tanpa banyak berpikir, aku langsung menerima ajakannya. Dia menjemputku jam 8 malam dan ka Freya melihat Xian menjemputku, kakakku itu juga setuju dengan hubunganku dengan Xian.
“Ciiiee, mau nge-date niy ?” ka Freya mencoba meledekku.
“Apaaan siy kak “ aku menjawab dengan ekspresi malu dan agak gugup. Maklumlah ini kali pertama aku dinner bersama Xian. Meskipun kita setiap hari ketemu dan sering makan bareng, tapi entah kenapa malam ini aku begitu merasa gugup seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi padaku nanti, tapi aku mencoba untuk rileks dan berpikiran positif.
“Udalah kak aku mau pergi dulu “ aku pamit setelah selesai sedikit berdandan.
“Ya udah, hati-hati ya” ucap ka Freya sembari mengantarku keluar untuk menemui Xian.
Dan akhirnya aku dan Xian melesat pergi dengan mobil jazz putih milik Xian untuk menuju ke cafe di daerah Kemang.
***
Suasana cafe begitu nyaman dengan sedikit udara malam yang sejuk. Aku dan Xian duduk di deretan meja yang agak ke dalam, Xian sengaja memilihkan meja itu karna dia tahu aku memakai long dress yang agak tipis sehingga terasa sangat dingin bila aku duduk di meja yang dekat dengan balkon.
Malam itu terasa begitu sangat romantis untukku dan Xian. Aku dan Xian memesan kentang goreng favoritku.
“Lhe !” ucap Xian padaku.
Aku masih sibuk memakan kentang goreng.
“Hmmm” jawabku sembari mengunyah kentang
“Ada yang mau aku bicarain nih” Xian kembali berucap
“Apa?” jawabku sambil terus mengunyah padahal hatiku rasanya tak sabar untuk menanti ucapan Xian.
“Mmm Lhe, aku.. aku.. Aku sayang sama kamu Lhe, aku cinta sama kamu dan kamu begitu berarti buat aku” kata Xian mantap
Dan memang benar tebakanku tadi di rumah, kalo akan ada hal yang terjadi kepadaku. Hatikupun kini rasanya seperti diisi dengan berbagai macam bunga berwarna-warni dengan aroma yang luar biasa harumnya. Tapi sekali lagi mungkin karena gengsi yang kumiliki jauh lebih kuat. Aku hanya bisa melampiaskan semua itu dengan berhenti mengunyah sembari meneguk orange juice yang berada di sebelah kiriku.
Aku merasa bingung, kikuk, senang dan berbagi perasaan menyatu di dalam hatiku. “Kamu serius” itulah jawabanku padahal suara hatiku adalah ya aku juga cinta dan sayang sama kamu Xian.
Aku melihat gurat wajah yang aneh dari Xian selepas ia mendengar pertanyaanku tadi, dan perasaanku kini mulai tidak tenang dan takut kalo sebenarnya Xian sebenarnya hanya bercanda.
Xian mengambil napas dengan ekspresi wajah yang tenang dan membuat aku semakin penasaran “Aku Serius Lhe, tapi...” aku semakin pesimis dan takut, benar-benar takut
“Tapi kayaknya aku gak bisa milikin kamu meskipun nantinya kamu mau menerimaku jadi pacar kamu” Xian melanjutkan jawabannya dan kini membuatku bingung dan penasaran.
“Ok, gak perlu kamu jawab karena aku tau kamu akan tanya maksud ucapanku tadi apa. Jadi , minggu depan aku akan pergi ke Ausie dan mungkin kita gak akan ketemu untuk 5 tahun ke depan karena papa mamaku menyuruhku untuk sekolah dan menetap disana”. Jawaban yang begitu menyayat hatiku. Perkenalan singkat untuk 2 minggu ditutup dengan perpisahan menyakitkan selama 5 tahun. Oh tidak!
Aku hanya diam dengan segala perasaan sakit, tapi daripada aku terus dibudaki rasa gengsi akhirnya “Yan, mungkin aku selama ini terlihat selalu respect sama kamu, selalu perhatian sama kamu, selalu ada buat kamu itu semua juga tanpa alasan. Sejak kita ketemu di halte bis 2 minggu yang lalu, aku udah di anugerahi perasaan yang amat indah oleh Tuhan, aku cinta dan aku sayang sama kamu. Kalaupun kamu tanya apakah aku mau jadi pacar kamu jawabanku uda pasti dan udah jelas Aku mau, sekarang setelah perasaanku terbalas kamu justru mau pergi?” aku menceritakan seluruh isi hatiku sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya sampai gak ada lagi kata-kata yang tersisa dari hatiku.
Aku lihat raut wajah Xian kaget dan tatapan mata indahnya begitu dalam memandangku “Kamu tau Lhe bahkan sebelum kita ketemu 2 minggu lalu, aku udah cinta sama kamu. Tanpa kamu sadari aku udah perhatiin kamu karena kamu sering duduk di halte buat nunggu jemputan kakakmu Freya, aku baru berani deketin kamu setelah hatiku ini siap. Untuk ngungkapin ini semua juga butuh waktu lama buatku bahkan sempat terbesit kalo aku gak akan jujur tentang perasaanku ini, apalagi kalo aku inget aku akan pergi jauh. Tapi ternyata hati kecil itu gak bisa dibohongin terus menerus sampai akhirnya aku berani untuk malam ini, aku juga udah siap kalo toh nantinya kamu akan nolak, marah, dan benci sama kamu” Xian menunduk, aku tahu meskipun dia selalu kuat tapi aku sudah bisa melihat kalo sebenarnya dia sedih dan begitu takut.
Kini aku mencoba lebih dewasa, kuletakkan tangan kananku diatas tangan kiri Xian diatas meja “Xian, aku bukanlah tipikal cewe yang mudah marah dan mudah benci sama orang, tapi aku adalah tipikal cewe yang keras kepala dan mungkin kamu juga tahu itu. Jadi meskipun kamu akan pergi jauh dari aku, aku akan nunggu kamu karena aku mau jadi pacar kamu. Dan aku mohon kamu juga harus mau setia jaga cintaku ini sama kamu sampai akhirnya nanti kita ketemu lagi”
Xian diam tanpa harus aku tebak dia tersenyum dan mengangguk.
_a.d.a_
_a.d.a_
Comments
Post a Comment