Skip to main content

Cerpen : MATEMATIKA ?? Aaarrrgghhh !!!


MATEMATIKA ?? Aaarrrgghhh !!!

“Mami udah berapa kali bilang sama kamu. Belajar !, Belajar !, Belajar !. apalagi kalo ulangan, kamu harus lebih giat lagi”. Inilah kata-kata pertama yang Mami ucapkan sesaat setelah aku masuk ke dalam mobil. Dan aku langsung meyakini bahwa ini adalah sebuah prolog untuk sebuah cerita yang panjang dan berakhir dengan ‘sad ending’ .
“Ulangan matematika dapet 5, kamu gak bosen apa tiap kali ulangan matematika dapet ‘doremi’ ?” lagi belum sempat aku menjawab.
“Mami harus gimana lagi nak, les matematika udah, guru privat juga udah, buku-buku matematika udah berjibun Mami beliin di rumah. Kurang apalagi coba ?. Ooh, apa Mami harus bawa kamu ke Psikiater biar kamu bisa pelajaran matematika ?” semua omelan mengucur deras dari mulut Mami.
Dan aku udah gak bisa nahan untuk gak jawab, apalagi untuk kata-kata terakhir Mami tadi. “Aduhh!, Mami lebay banget siy sampe segitunya. Lagipula Ran ada peningkatan kok Mam, buktinya ulangan matematika Ran minggu lalu dapet 4, sekarang dapet 5” jawabku meyakinkan.
Sedikit senyum kecut “Segitu peningkatan katamu ?, itu namanya beruntung aja. Orang cuma naik 1 nilai, coba kalo dapet 8, atau 9, atau bahkan 10. Itu baru namanya peningkatan” Mami lebih marah lagi.
“Pokoknya hari ini kita langsung ke tempat les, Mami mau minta tambahan lagi buat kamu !” kata Mami.
“Apa!, tambahan les ?” jawabku kaget.
“Iya, biar kamu bisa lebih fokus ke pelajaran mat.. !“ tegas Mami, namun belum sempat Mami melanjutkan ucapannya lagi, aku buru-buru menyergah.
“Tapi Mam, jam 3 nanti Ran mau renang dulu “ ucapku sembari merengek.
“Gak usah, mulai sekarang kamu harus stop renang dulu, biar lebih konsen ke matematika” jawab Mami lebih tegas lagi.
“Mami gak bisa gitu dong!, bentar lagi Ran mau ada tournamen” pintaku.
“Gak perlu latihan juga gak apa-apa, lagipula renang itu cuma tinggal nyebur, terus nyelem, cepet-cepetan. Udah selesai !” jelas Mami.
“Gak bisa gitu dong Mam, tanpa latihan juga kita gak akan menang gitu aja. Matematika yang itung-itungan aja harus latihan dulu, kenapa renang gak ?” tanyaku sembari memperjelas apa yang memang menjadi keyakinanku.
“Ran, matematika beda sama renang OK!” ujar Mami.
“Dari dulu Mami selalu beda-bedain antara matematika sama renang, dan Mami gak pernah support Ran untuk urusan renang, padahal Ran udah sering juara renang kan ?” kataku.
“Sekali enggak ya enggak !” tegas Mami.
***
Itulah aku dan Mamiku, kita memang tidak pernah sependapat. Apalagi untuk urusan matematika dan renang.
Aku, Rania Caesa Hardika yang memang nol untuk pelajaran matematika. Dan orang yang paling tidak suka dengan kekuranganku tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Mamiku sendiri. Sebenarnya banyak pelajaran lain yang aku kuasai seperti Bahasa Inggris dan Biologi, tidak hanya di bidang akademik, prestasiku juga menonjol untuk bidang non akademik seperti olahraga renang. Sudah banyak trofi yang aku dapatkan dari beberapa kejuaraan renang, tapi Mami justru tidak suka aku menggeluti dunia itu. Bahkan semua trofi yang aku dapatkan hanya Mami taruh di dalam gudang. Beliau bilang ‘Itu Gak Penting’.
Dan kembali lagi ke matematika, Mami selalu cerewet karena aku tidak bisa pelajaran matematika apalagi semenjak beliau bercerai dengan Papi. Mami seakan menyerahkan seluruh waktunya untuk bisa menjadikanku jago pelajaran matematika, kini parahnya aku sudah diperintahkan untuk stop renang, padahal Papi memiliki cita-cita besar agar aku bisa menjadi atlet renang profesional. Namun kini Papi tidak lagi tinggal di Indonesia, beliau sudah hijrah ke negara Paman Sam untuk bekerja disana dan Mami melarangku untuk berkomunikasi dengannya apalagi bertemu. Lengkap sudah penderitaanku, seakan saat ini aku sedang hidup di dalam dunia boneka kayu yang tidak bisa bergerak sesuka hati tetapi selalu di doktrin untuk melakukan ini dan itu, dan pastinya tidak aku sukai.
And then Mami masih menceramahiku sepanjang perjalanan menuju tempat les ‘Aargghhh’.
***
05.30 kulihat jam bekerku. Mataku masih terasa sangat berat untuk kubuka, semalam aku baru tidur jam setengah 12. Buat apalagi kalo aku tidur selarut itu kalo bukan buat belajar dan sudah jelas pastinya belajar ‘Matematika’. “Ooh! I don’t like this so much !!”, tapi mau gimana lagi orang Mami dengan setia nugguin aku untuk belajar, so aku gak bisa berkutik, ngelamun dikit langsung diomelin. Dan aku belajar sampai selarut itu karena hari ini aku ada remid ulangan matematika kemarin. Hmmm pusing banget rasanya liat rumus Statistika berputar-putar di mataku.
***
Di Sekolah . . .
Beberapa nomor soal remid telah selesai kukerjakan, tersisa 3 nomor lagi. Nomor 4 ini terasa sulit sekali untukku apalagi semalam tadi aku kurang serius belajar mengenai Trigonometri. Akhh susah.
“Kalo udah selesai semua di cek lagi Ran siapa tau ada yang keliru” ucap Bu Ratna. Beliau yang sedang mengawasiku remid di ruang guru, Yap! Aku melaksanakan remid di ruang guru dan ini semua request dari Mami dan Ibu Ratna-lah yang bersedia merelakan waktunya hanya untuk mengawasiku remid, apalagi Bu Ratna bukanlah guru matematika, beliau adalah seorang guru sejarah. Untungnya 2 jam pelajaran ini Bu Ratna sedang kosong dari jam mengajar. Aku sering berandai-andai kalo Bu Ratna jadi ibuku, hmm pasti aku seneng banget rasanya punya ibu seperti beliau. Selain baik hati, lemah lembut, sabar, Bu Ratna juga memiliki sifat keibuan yang kadang selalu aku rindukan. Bu Ratna beda 180o lah pokoknya sama Mami.
“Rania, Rania. Gimana udah selesai” kata Bu Ratna membuyarkan lamunanku.
“Eehh, belum bu !” jawabku kaget.
“Oh, ya udah selesein dulu. Soalnya jam ini udah mau berakhir dan ibu ada kelas hari ini” Bu Ratna menjelaskan.
“Iya bu, Ran mau selesein dulu” ucapku rada gugup. Ya ampun sedari tadi aku melamun gak jelas, pake ada acara pengin punya ibu kaya Bu Ratna lagi.
***
Bel pulang sekolah berbunyi . . .
Sekeluarnya aku dari sekolah, kulihat mobil Mercedes milik Mami sudah terparkir manis di parkiran. Pasti Mami udah nunggu dari jam 12 siang tadi deh, semangat banget seperti biasa, padahal sekolahku baru selesai jam 2. Ya itulah Mamiku yang perfeksionis (always on time).
“Breeggkk” pintu mobil mami kututup. Di dalam mobil kulihat mami sedang melihat hasil ulangan remid matematikaku tadi.
“Kamu dapet 7,5 remid tadi !” kata Mami.
Aku hanya diam.
“Salah 2 nomor, padahal kalo betul semua kamu bisa dapet 8 !, kenapa bisa sampe ada yang salah Ran padahal semua soalnya sama kaya pas ulangannya trus semalem kamu udah belajar keras ?” tanya Mami dengan nada sedikit marah.
Aku masih diam.
“Ran, kamu dengerin Mami kan ?” Mami mulai sebal.
“Iya Mam, abis mau gimana lagi. Orang 2 nomor itu Ran gak bisa ngerjain !” aku menjawab dengan nada agak memelas.
Mami diam dan sepanjang jalan menuju tempat les aku dan Mami saling terdiam tak ada lagi sedikit kata-kata yang ditanyakan maupun diucapkan satu sama lain.
***
“ENGGAKK MUNGKIN. . . . . .” teriakku.
Nafasku tersengal-sengal sembari melihat sekelilingku, masih gelap hanya sedikit cahaya dari luar yang menembus lubang jendela kamar. Aku baru saja bermimpi, bermimipi buruk tepatnya.
“Ran, Ran kamu kenapa sayang ?” teriak Mami yang baru masuk ke kamarku.
Tanpa berpikir panjang aku langsung memeluk Mami dengan erat, erat sekali seakan tak ingin aku lepaskan.
Setelah kurasa jantungku berdetak dengan normal, aku baru melepas pelukan Mami. Air mataku mulai menetes.
“Mam, Ran mimpi buruk. Ran takut Mam, Ran takut” ucapku sambil menangis.
“Kamu mimpi apa sayang ?, jangan takut Mami disini” kata Mami sambil mengusap air mataku.
Lalu aku dekap Mami lagi “Mulai sekarang Ran janji Mam, Ran akan serius belajar matematika, Ran akan tinggalin renang. Pokoknya Ran mau kalo setiap hari harus les matematika” ucapku meyakinkan.
“Sst, sst, sst, kamu bilang apa sayang ?” kata Mami sambil menempelkan jari telunjuknya ke bibirku.
“Ran serius Mam, Ran serius !” ucapku lagi.
“Gak sayang, enggak !. Mami gak akan ngijinin kamu ngelakuin itu semua, gak sayang enggak !” ucap Mami.
Aku merasa heran kenapa Mami bisa berkata seperti itu.
“Mami yang harus minta maaf sama kamu karena selama ini mami terlalu mengekang kamu, mengatur kamu, melarang kamu dan itu semua gak bikin kamu ngerasa nyaman. Mami minta maaf sayang” ucap Mami lembut.
Aku masih heran, apakah ucapan mami barusan hanyalah khayalanku, halusinasiku, atau bahkan hanya mimpi.
“Rania, kamu gak perlu bingung. Mami serius kok sayang, mulai sekarang Mami gak akan atur-atur dan ngelarang kamu lagi. Kamu bebas ngelakuin apa yang memang menjadi cita-cita kamu selama ini, dan Mami akan mendukung” kata Mami lagi.
Entah kenapa hatiku kini menjadi dingin, nyaman, dan bahagia sekali. Aku berharap ini bukan mimpi dan memang bukan mimpi. Ternyata Mami bermimpi sama denganku, mimpi buruk dan karena mimpi tersebut, Mami menjadi sadar akan kesalahannya terhadapku. Aku merasa seneng banget karena Mami yang sekarang sudah menjadi Mami yang sangat aku cintai dan aku harapkan selama ini. Aku tidak lagi berharap bisa memiliki ibu seperti Bu Ratna karena aku punya Mami.


Comments

Popular posts from this blog

Happy Batik Day

source: http://www.pinterest.com/jojomiro/batik-et-peinture-sur-soie/ Teruslah menjadi warisan budaya yang tak pernah lekang oleh zaman.. Aku bangga Batik Indonesia _a.d.a_

Cerita Kota Kelahiran: PURWOKERTO Part #1 SEJARAH

source: www.banjoemas.com Setelah hampir 23 tahun lahir dan besar di kota ini, aku ngerasa perlu banget buat cerita tentang kota dengan julukan Kota Ngapak ini secara lebih mendetail disini. Dulu sebelum memutuskan untuk berkuliah di luar kota dan akhirnya meninggalkan jejak di kota lain selama hampir 4 tahun akhirnya bisa ngerasain yang namanya “Kangen Kota Kelahiran”, karena semewah dan semenarik apapun kota perantauan, masih tetap ngangenin kota sendiri. Okay kali ini aku akan cerita kota Purwokerto dari sisi sejarahnya dulu. Nama Poerwakerta atau Purwakerta diambil dari kata "Purwa" yang konon diambil dari nama sebuah negara kuna di tepan Sungai Serayu "Purwacarita" yang bermakna "Permulaan" dan "Kerta" yang diambil dari nama ibukota kadipaten "Pasir" yaitu "Pasirkertawibawa" yang bermakna "kesejahteraan" sehingga Poerwakerta bermakna Permulaan Kesejahteraan. Kota ini merupakan salah satu ko