Torehan kuas terakhir telah selesai, cincin berbentuk bunga mawar berwarna merah magenta lembut telah tergambar di jari telunjuk yang lentik. Senyum kebanggaanpun terpancar jelas di wajah Tomi. Dan selendang berwarna merah muda yang bersih dan lembut pun diletakkan diatas kanvas mentupi seperempat bagian kanvas yang sudah diisi dengan lukisan seorang wanita yang cantik, berambut pirang panjang, bermata coklat dengan bentuk sipit, berbibir merah jambu yang amat lentik dengan cincin berbentuk bunga mawar yang tersemat di jari telunjuk pada tangan kanannya. Sebagai tanda bahwa lukisan tersebut telah selesai dibuat.
***
Berdiri Tomi menghadap ke tembok yang penuh dengan lukisan dan foto-foto seorang wanita, wanita yang amat dia cintai, Clara namanya. Setelah sekian lama memandangi setiap lukisan dan foto tersebut dia mulai mengambil lukisan yang baru saja tadi dia selesaikan untuk kemudian dia taruh di tembok tersebut menemani beberapa lukisan dan foto yang sudah hampir 7 tahun menempel indah disana.
***
Pagi hari, langit terlihat cerah, cicit burung saling menyahut, dan desiran angin sejuknya pagi seakan menyambut Tomi yang baru saja keluar dari rumah dan sedang berjalan menuju mobil jazz berwarna abu-abu miliknya. Tak berapa lama kini ia dan mobilnya telah melesat keluar dari Komplek Perumahan.
“Bregggkkk” bunyi pintu mobil yang baru saja ditutup, kini sampailah Tomi di suatu tempat. Berjalanlah dia dengan membawa rangkaian bunga yang tadi sempat dibelinya di sebuah toko bunga. Dan tak lama dia berjalan sampailah dia di tempat yang memang dia tuju, berdiri sejenak sembari menghela napas. Lalu dia pun mulai merendahkan tubuhnya sampai akhirnya dia mengambil posisi jongkok dengan sempurna.
“Selamat pagi Clara” katanya di depan pusara orang yang sangat dicintainya itu dengan diiringi sebuah senyuman khas yang ia miliki.
“Kamu baik kan disana ?” tanyanya melanjutkan, senyumannya kini berubah menjadi senyuman getir.
Sampai akhirnya mengingatkannya pada peristiwa 7 tahun yang lalu.
***
“Tomi..!! berani kejar aku lagi gak ? Aku udah sampe diatas nih!” teriak Clara dari sebuah puncak bukit.
“Aaahh! curang kamu Clar!, tadi kalo kamu gak nginjek kaki aku juga pasti aku dulu yang nyampe kesitu” jawab Tomi dari bawah bukit, masih ada beberapa meter baginya untuk bisa sampai ke atas puncak tempat berdirinya Clara kini.
“Alaaaahhh, bilang aja kamu gak bisa lebih cepet dari aku. Huuuuu” Clara mulai meledek.
“Tunggu! kamu ya, aku pasti bisa cepet sampe situ” Kata Tomi sambil berlari menuju puncak bukit.
“Ayyooo, aku tungguin!!” jawab Clara menyemangati.
Tapi belum sampai Tomi tiba di puncak, tiba-tiba hujan turun dan sangat deras.
“Aaaaahahahahahahaha” teriak Clara senang, kini seluruh tubuhnya basah terkena air hujan.
Dan tak lama sampailah Tomi di puncak bukit dan kini telah ikut berjibaku dengan air hujan bersama Clara. Mereka berdua terlihat senang sekali berhujan-hujanan ria. Namun tak berapa lama tiba-tiba hujan reda, benar-benar reda. Sampai tak ada setetes air pun yang turun lagi ke bumi.
Clara yang pada saat itu masih melompat-lompat terhenti sembari kedua telapak tangannya menengadah ke atas “Yaaa, kok ujannya udahan ?” sesalnya.
“Udahlah, mungkin tadi ujannya Cuma lagi ngerjain kita” Tomi mencoba menghibur “mending sekarang kita turun aja, ntar keburu ujannya dateng lagi trus kita malah gak bisa turun” ajak Tomi.
Dan akhirnya mereka turun dari atas bukit. Setelah selesai memakan beberapa bekal yang memang sengaja mereka bawa untuk piknik hari ini di bukit tepatnya di Bogor yang tak jauh dari villa milik orang tua Clara.
Sembari menghabiskan waktu liburan bersama, mereka isi dengan berbagai kegiatan salah satunya liburan di puncak ini. Kali ini mereka tak bisa menghilangkan hasrat untuk saling menghibur diri dengan berlari-larian, saling mengejar, bercanda dengan penuh kehangatan, kemesraan, dan kekompakan. Masa pacaran yang sudah hampir 5 tahun ini begitu semakin merekatkan mereka dari kelas 8 SMP hingga kini disaat mereka sudah menginjak bangku kuliah, dan sudah berhasil membuat teman-teman mereka iri dengan hubungan mereka yang penuh dengan kekompakan dan hanya sedikit menemui permasalahan.
Setelah lelah saling berlarian, mereka akhirnya pun duduk. Ternyata sedari tadi ada sesuatu hal yang ingin Tomi bicarakan pada Clara.
Mata Tomi masih terus memandangi Clara yang sedang membersihkan kakinya dengan tisue, “Clar” panggilnya pelan.
Masih terus sibuk membersihkan kakinya yang kotor terkena percikkan air bercampur tanah saat tadi berlari-lari “Apa !”
“Aku punya sesuatu buat kamu” Tomi terlihat sedikit gugup.
Clara mulai menghentikan pekerjaannya “Apa tuh ?” dengan nada meledek yang sedikit penasaran.
“Gak jadi deh, aku juga lupa mau kasih kamu apa !” ternyata Tomi jauh lebih pintar untuk meledek Clara. Tomi yang memang pada dasarnya adalah cowo humoris yang suka bercanda telah berhasil membuat Clara dongkol karena ulahnya tadi.
“Biasa deh Tomi” Clara sebal.
“Hahahahaha” Tomi tertawa melihat ekspresi Clara yang bibirnya manyun.
“Malah ketawa lagi!” Clara mencubit pipi Tomi.
Tomi yang pada saat itu tengah tertawa, akhirnya kaget dan terhenti dari tawanya. “Adoww, sakit Clar !” sambil mengelus pipinya yang tadi dicubit Clara.
“Abis kamu, akunya uda serius kamu malah bercanda” Clara mulai darting.
“Iya deh iya. Maaf sayang, aku emang mau serius kok. Kamunya aja yang dari tadi serius banget”
“Kamu kan tau kakiku kotor”
“Iya, ok !,. I know beiby” jawab Tomi. “Ok!” Tomi menarik napas, “Clara, kita udah cukup lama ngejalanin hubungan yang begitu indah ini, aku bahagia banget bisa jadi bagian hidup kamu, kamu selalu ngisi hari-hari aku yang biasa ini jadi luar biasa, aku sayang, aku cinta banget sama kamu, dan aku yakin kamu juga gitu” perkataan Tomi kini mulai serius.
“Trus” Clara meminta Tomi untuk melanjutkan omongannya.
“Mungkin sesuatu yang kini ada di tangan kananku ini hanyalah sebuah tanda kalo aku adalah milik kamu, dan aku harap kamu bisa jaga dengan baik sampai kapanpun” kata Tomi sambil menunjuk sesuatu yang kini ada pada genggaman tangan kanannya.
“Oh ya, apa itu sayang ?” Clara mulai penasaran, dia mulai yakin kalo Tomi kini sedang serius.
Membuka tangan kanannya “Mm, ini” Tomi memberikan kotak kecil bermotif bunga warna-warni yang lucu.
Clara akhirnya mengmbil kotak tersebut dari tangan Tomi, dia perhatikan setiap sisinya “Aku boleh buka ?” tanyanya.
“Iya, buka aja” jawab Tomi.
Dan betapa kagetnya Clara saat dia melihat isi dari kotak kecil tersebut yang ternyata adalah sebuah cincin dengan aksen bunga mawar berwarna merah magenta lembut yang amat cantik “Wow, cincin ini bagus banget. It’s really beautiful” ucap Clara dengan ekspresi wajah kaget, takjub, dan senang.
Tomi pun membalas senyuman Clara yang diarahkan padanya “Kamu suka ?”. “Itu buat kamu sayang”
“Really ? Its for me ?” tanya Clara kaget. “I am like this so much, so much” Clara begitu senang.
“Aku senang kalo kamu suka, cincin itu aku desain sendiri, dan aku rasa gak ada cincin yang menyamai cincin tersebut di dunia” kata Tomi bangga. “Biar aku pakein ya ?” pinta Tomi sembari mengambil cincin tersebut dari tangan Clara.
Cincin tersebut kini tersemat indah di jari tangan Clara, terlihat begitu cantik dan sangat pas dipakai oleh Clara.
Tomi pun terlihat begitu senang setelah ia memakaikan cincin pemberiannya di tangan Clara. “Kamu kelihatan lebih cantik pakai cincin itu, dijaga ya jangan sampe ilang loh” pinta Tomi pada Clara.
“Iya! Aku janji akan jaga cincin ini sampe kapanpun” jawab Clara sembari tersenyum. “Makasih ya sayang” tambah Clara yang diiringi dengan sebuah pelukan pada Tomi.
***
Satu minggu kemudian . . . .
“Maksud kamu apa Clar ? “ tanya Tomi tegang.
Air mata Clara mulai keluar “Aku juga gak mau ini semua terjadi, tapi aku bisa apa ?. Perjodohan yang baru aku tahu dan dia yang akan pulang ke Indonesia. Aku udah terlambat, gak bisa ngelakuin apapun gak bisa nyegah ini semua, karena ternyata Papa dan Mama uda ngerencanain ini sejak umurku baru 3 tahun!” jawab Clara sambil terisak.
“Aku bener-bener gak percaya, hubungan kita yang udah berjalan 5 tahun ini harus dikorbankan” Tomi seakan tak percaya dengan apa yang terjadi padanya kini. “Rasa sayang, rasa cinta aku sama kamu yang udah bener-bener besar!” nada sura Tomi kini mulai naik.
“Aku minta maaf Tom, aku minta maaf. Kamu juga udah tau kan perasaanku sama kamu tuh kaya apa ?” tangisan Clara semakin menjadi.
Menghela napas “Jadi.., maksud kamu kita harus berpisah gitu ?. Gak mudah Clar, GAK!, dan aku gak bisa ngebayangin gimana aku kalo gak ada kamu ?” suara Tomi mulai serak, dia pun tak dapat menahan air matanya lagi.
Dengan nada suara terisak “Jangankan kamu, apalagi aku” ucap Clara terbata-bata sambil memeluk punggung Tomi.
***
Satu bulan berlalu . . .
Segala perasaan, pertanyaan, dan ketidakpercayaan telah menghantui Tomi satu bulan terakhir ini. Wanita yang selama ini dia cintai, dia jaga dengan penuh kasih sayang, selalu menemaninya disaat suka maupun duka kini telah berada di pelukan orang lain. Separuh jiwanya telah hilang, hari-harinya kini tak seindah dulu, tak ada lagi orang yang setia menemaninya melukis, Clara telah pergi...
***
Dan ternyata perpisahannya dengan Clara tidak benar-benar memisahkan Clara darinya. Clara tidak bahagia dengan pasangannya kini, lelaki yang dijodohkan dengannya bukanlah lelaki yang baik, Clara kerap kali dia sakiti entah sakit fisik maupun sakit mental. Dia tidak bisa menceritakan semua perlakuan Bojes kepada kedua orang tuanya, karena Clara takut setelah mendengar ceritanya nanti sang Papa akan shock dan bukan tidak mungkin sakit stroke yang diderita akan kambuh.
Awalnya, Clara menyimpan semua rasa sakitnya sendiri sampai akhirnya Tomi mendesaknya untuk menceritakan keluh kesahnya selama ini. Dan Tomi-lah yang menjadi tempat penumpahan semua rasa sedih dan sakitnya akibat Bojes. Dengan penuh rasa ikhlas dan kesabaran, Tomi selalu setia mendengar semua cerita Clara, Tomi sangat marah atas perlakuan yang diberikan Bojes pada Clara, dia sudah merelakan kekasih hatinya yang amat dia cintai dan tidak pernah sedikitpun dia sakiti jatuh ke pelukannya, kini dia balas dengan perlakuan yang amat menyakitkan untuknya terutama Clara. Namun sayangnya Tomi tidak dapat berbuat apa-apa karena dia takut Clara dilarang menemuinya lagi oleh orang tua Clara dan dia justru akan dianggap ikut campur dalam kehidupan Clara yang kini bukan siapa-siapanya lagi.
Tomi sejujurnya sangat senang karena meskipun dia tidak menjalin cinta lagi dengan Clara, dia masih bisa bersama Clara. Namun berbeda dengan dulu, dia selalu ada untuk Clara, mendengar curhat dari Clara, merasakan kehangatan pelukan Clara, menjadi sapu tangan disaat Clara menangis, setia memberikan pundaknya sebagai sandaran wanita yang masih sangat dicintainya itu, tetapi itu semua hanya sebagai kebahagian yang fana karena dia tidak bisa lagi memiliki Clara dengan seutuhnya.
***
“GUBRAKK!!!!”
Terdengar suara hantaman sebuah benda yang keras di area jalan, hampir semua orang yang tak jauh dari tempat suara tersebut berasal berhamburan mendekati, begitu pula Tomi yang saat itu tengah berada di Toko Buku. Terlihat asap membubul keluar, sekelilingnya tertutup kerumunan orang-orang. Sebuah kecelakaan telah terjadi.
Ada perasaan tidak enak tiba-tiba datang ke hatinya dan akhirnya tergerak untuknya mendekati kerumunan tersebut. Saat langkah kakinya kini sudah menginjak bagian paling depan dari kerumunan tersebut, dilihatnya mobil BMW silver mewah telah menabrak tembok beton yang amat kokoh berdiri di samping jalan kini sudah tidak memiliki bentuk lagi. Terlihat seorang pria dan wanita yang menjadi korban masih berada di dalam mobil, pandangan mata Tomi langsung terarah kepada seorang korban wanita itu.
Didekatinya wanita tersebut, ia melihat selendang berwarna merah muda terkalung di leher wanita tersebut, wajahnya tak dapat terlihat jelas karena tertutup helaian rambut, dan rasanya tak asing saat ia mulai melihat ke arah jari tangan wanita tersebut, terlihat cincin beraksen bunga mawar tersemat dengan sedikit tertutup darah. Semakin meyakinkan dirinya untuk berkata “CLARA!!” entah perasaan apa yang kini ada di benak Tomi.
Digendongnya tubuh wanita tersebut untuk keluar dari dalam mobil. Dan memang benar, setelah dia menyapu beberapa helai rambut yang menutupi wajah wanita tersebut, tubuh wanita yang terkulai itu adalah Clara.
“Clar, bangun Clar, bangun. Kamu denger aku kan, bangun Clar!!” teriak Tomi mencoba membangunkan Clara.
Sambil terus mengoyang-goyangkan badan Clara “Clara, ayo Clar bangun, kamu denger aku kan ?, ini aku Tomi. Clara bangun !” pinta Tomi yang kini tangisnya mulai memecah, entah apa yang ada di pikirannya saat ini, lemas kakinya yang saat ini mencoba menopang badan Clara. Dipeluknya dengan erat tubuh wanita tersebut, tangisannya menetes deras ke arah pundak Clara.
Namun saat dia tengah memeluk Clara, tiba-tiba dia mendengar hembusan napas ke arah telinganya. Tomi mencoba memastikannya lagi dan memang benar hembusan napas tersebut ternyata dari Clara.
“Tomi” suara penuh rintihan dari Clara mulai terdengar.
Tomi semakin kaget, namun dia merasa bahagia. “Clara!., syukurlah kamu bangun Clar, kamu gak apa-apa kan Clar, kamu baik-baik aja kan, kamu... “ seakan seribu pertanyaan ingin ia lontarkan pada Clara, namun jari lentik Clara segera menempel di bibir Tomi yang akhirnya menjadikan Tomi menghentikan pertanyaannya.
“Tomi.. terima kasih atas semua yang udah kamu kasih ke aku, dan aku minta maaf karena belum bisa bales itu semua, dan aku minta maaf banget karena kita gak bisa bersatu lagi kaya dulu” ucap Clara terbata-bata, terlihat dia sedang menahan rasa sakit yang luar biasa namun dia masih tetap ingin melanjutkan kata-katanya untuk Tomi.
Tomi membisu setelah mendengar ucapan Clara, seakan mulutnya susah untuk berucap, apalagi untuk menjawab pertanyaan Clara.
Masih dengan menahan sakit yang amat kuat terasa, Clara masih terus melanjutkan ucapannya. “Dan satu hal lagi Tomi yang harus kamu tau, kalo aaa. . . ku . . .” suara Clara kini mulai surau terdengar dan semakin terbata-bata “AAA . . . KU . . . CCINN . . . TTT..TAA . . . SSA . . . MM..MA. KKKKAA . . . MMUU . . . “ dan itulah ucapan terakhir yang keluar dari mulut Clara untuk Tomi.
Rasa kaget Tomi memuncak saat tangan Clara jatuh, tidak lagi menempel di pipinya.
Tomi membangunkan Clara “Clara!, kamu kenapa Clar, bangun Clar, kamu baik kan Clar” Tomi masih terus membuat Clara agar dia segera terjaga, dia tak menghiraukan air mata yang kini terus jatuh bahkan jatuh menetes ke wajah Clara dan bercampur dengan darah yang ada pada pelipis kanan Clara. “Iya Clara, iya. Kamu gak perlu minta maaf sama aku Clar, kamu gak salah apa-apa dan sampai sekarang aku juga masih cinta sama kamu, sangat cinta, gak pernah ilang rasa cintaku ini sampai kapanpun. Ayo Clara bangun, BANGUN!!” teriak Tomi diiringi tangisannya.
Lalu dia pun menempelkan jarinya ke hidung Clara untuk memastikan bahwa Clara masih bernapas, dia yakin Clara hanya pingsan dan pasti akan bangun. Namun harapannya itu ternyata hanyalah harapan sia-sia. Karena ternyata Clara telah pergi, benar-benar pergi, pergi untuk selamanya.
“CLARAAAAAAAAAA........!!!!!!” teriakan Tomi memecah keheningan saat itu, dia tak percaya dengan apa yang terjadi padanya dan Clara.
Gelapnya malam diiringi derasnya hujan seakan mengantarkan kepergian Clara.
***
Kini 2 tahun sudah Clara pergi, perasaan tidak ikhlas dan sedih kadang masih sering melekat di hati Tomi. Namun mungkin inilah Takdir yang sudah di gariskan oleh Tuhan untuknya dan Clara. Rangkaian bunga yang sedari tadi dipegangnya pun dia letakkan di bawah nisan Clara, dikecupnya nisan tersebut. Tetesan air mata Tomi mulai jatuh di atas pusara Clara.
Menghela napas sambil berderai air mata dia mulai melanjutkan kata-katanya yang tadi sempat terpotong karena membayangkan peristiwa 7 tahun lalu yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya “Aku pulang dulu ya Clara, kamu baik-baik ya disana ?” ucap Tomi.
Kini ia mulai berdiri dan berpikir bahwa Clara akan selalu ada dalam hatinya, dia sadar bahwa hubungannya dengan Clara akan menjadi kenangan, kenangan pahit mungkin, tapi sosok Clara bukanlah kenangan. Dia adalah lukisan permata hati yang akan selalu setia mengisi goresan kuas pada kanvasnya sampai kapanpun.
Tomi mulai berjalan pergi meninggalkan pusara orang yang sangat dicintainya itu.
_a.d.a_
_a.d.a_
Comments
Post a Comment